Perempuan Itu Masih Teriak, Bikin Aku Panas Dingin

29 Mei 2021 15:10

GenPI.co - “Rian, ini celana kamu bisa robek gini, gimana ceritanya?” teriak Mama dari luar kamarku.

Tak lama setelah teriakan itu, Mama terdengar sedang berjalan ke arah kamarku.

Mama lalu membuka pintu kamarku dan terlihat sedang memegang celanaku yang robek.

BACA JUGA:  Enak Banget, Pacarku Minta Main 3 Kali Sehari

Celana jeans itu robek di bagian belakang dan agak ke tengah.

“Iya, Ma. Itu kemarin aku lagi main futsal di lapangan deket rumah temenku. Trus, aku jatoh. Akunya sih gapapa, tapi celananya robek,” jawabku.

BACA JUGA:  Ketagihan, Janda Cantik Selalu Minta Dicelup Tiap Malam

“Lah, kenapa main futsal nggak pake celana buat futsal?”

“Ya, dadakan itu, bukan main yang beneran gitu,” kataku.

BACA JUGA:  Berkeringat Bersama di Dapur, Istri Tetangga Teriak Ampun!

“Haduh, ya udah deh. Bawa nih celananya ke tukang jahit di depan kompleks sana,” ujar Mama.

Aku pun langsung siap-siap untuk membawa celana itu ke tukang jahit di depan kompleks.

Tukang jahit itu memang langganan ibu-ibu kompleks perumahanku. Bahkan, kadang orderan mereka juga datang dari orang-orang di luar kompleks.

Aku tahu hal tersebut karena pernah bertanya langsung dengan bapak penjahitnya.

Jarak rumahku ke depan kompleks tak seberapa jauh, jadi aku memutuskan untuk ke tukang jahit dengan menggunakan sepeda.

Sampai di tukang jahit, aku melihat bapak penjahit yang biasanya berjaga tak ada. Ruangan tersebut kosong, tapi mungkin si bapak penjahit sedang istirahat.

“Permisi. Saya mau jahit celana, bisa nggak?” ujarku ke dalam ruangan tersebut.

Aku pun duduk di sebuah kursi untuk menunggu jawaban sambil mengeringkan keringatku.

“Bisa, Mas,” ujar seorang perempuan dari dalam rumah.

Tak lama setelah suaranya terdengar, dia pun menampakkan dirinya dengan masuk ke ruangan tempat aku berada.

Dia memakai sehelai daster batik berwarna biru. Rambut hitamnya dicepol tinggi ke belakang.

Walaupun pakaiannya terlihat sederhana, tapi parasnya sangat cantik. Wajahnya yang oval dengan mata yang besar membuat keringat di dahiku mengalir lebih deras.

Perempuan itu terlihat langsung merapikan meja untuk menjahit dari beberapa kain perca.

Aku pun langsung memperhatikan wajahnya yang manis sambil menahan dengkulku yang bergetar, entah karena usai menggenjot sepeda atau karena lemas melihat perempuan cantik berdaster di depanku ini.

“Mau jahit apa, Mas?” ujarnya usai membereskan kain perca di meja jahit.

“Ini celana saya robek, harus dijahit,” jawabku sambil menyodorkan tas berisi celana yang robek.

Tiba-tiba perempuan itu berteriak.

“Kenapa, Mbak?” tanyaku panik.

“Nggak apa-apa, Mas. Ini jariku ketusuk jarum. Sudah biasa sih, tapi masih kaget saja. Mana sini celananya saya lihat dulu,” jawabnya.

Aku langsung menyerahkan tas tersebut. Perempuan cantik itu pun langsung membuka tas dan mengeluarkan celana itu.

“Ya ampun, robeknya gini. Ganas ya haha,” ujar perempuan manis itu.

“Haha iya, Mbak. Saya emang ganas kalau main, cuma nggak ada yang tahu aja,” jawabku.

Perempuan itu hanya tersenyum sembari mencoba memeriksa bekas robekan celanaku.

Aku yang melihat perempuan itu hanya tersenyum lalu seketika menyesali omonganku yang sembarangan itu.

Jantungku pun berdebar kencang dan tengkukku mulai terasa panas dingin.

“Ditinggal dulu aja, Mas. Ambil lagi tiga hari lagi, ya. Saya buatkan notanya dulu,” kata si perempuan.

“Oke, Mbak,” jawabku.

Usai mendapat nota, aku pun langsung bilang terima kasih dan berjalan cepat ke arah sepedaku sambil menahan rasa malu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co