Semua Yang Ada Pada Dinda, Membuat Aku Merasa Membutuhkannya

02 Juli 2021 22:10

GenPI.co - Dinda adalah wanita ramah dan baik kepada semua orang dengan begitu tulus. Sosoknya cukup banyak mengubah hidupku menjadi lebih baik.

Setidaknya selama dekat dengannya, aku jadi mengurangi jatah untuk bolos sekolah karena ingin selalu bertemu dengannya.

Sayangnya masa pendekatan kami lebih lama dibandingan setelah jadian. Aku sudah lama mengincar Dinda.

BACA JUGA:  3 Tanda Hubungan Cinta di Ambang Perpisahan, Siap-siap Patah Hati

Karena kami satu kelas, rasanya tidak terlalu sulit untuk terus memperhatikan apapun yang ia lakukan.

Dinda bukanlah primadona sekolah, dia juga bukan orang yang menduduki peringkat 1 dalam pembelajaran.

BACA JUGA:  Kisah Hella Ayu Sukses Ekspansi Restoran Seafood saat Pandemi

Nyatanya ceritaku ini bukan sebuah telenovela percintaan sempurna.

Dimana seorang badboy mendapatkan hati seorang primadona sekolah yang cantik dan juara kelas dengan mudahnya.

Dinda merupakan wanita terbaik versiku saat itu, pembawaan dirinya menghadapi lawan bicaranya membuat aku jatuh hati padanya.

Dia selalu membuat aku terpesona dengan segala candanya, perhatiannya, dan segalanya yang ada pada dirinya.

Sungguh, walau sangat sederhana nyatanya momen bersama itu yang sangat aku rindukan dari Dinda.

1 tahun bersama sosok dia yang ceria, penuh semangat dan kreatif membuat aku semakin tidak ingin melepaskan dia untuk selamanya. Sampai suatu ketika.

"Gilang.." panggil Dinda, dengan lembut.

"Ya Dinda yang manis," jawabku, penuh semangat.

"Hubungan itu kayak pasir dilaut," jawab Della, sambil menatapku.

"Terus?," responku, bingung.

"Iya seperti pasir dilaut, kalau diletakan ditangan dibiarin tidak akan berkurang, sebaliknya semakin kamu menggenggam kuat pasir itu yang ada dia akan terus keluar dari sela-sela jarimu hingga akhirnya habis," jelas Dinda sambil mempraktikkan hal tersebut.

"Maksud kamu apa Din?," tanyaku dengan hati mendadak tidak karuan.

"Aku ingin kita putus Gil, aku merasa hubungan kita nggak sehat," tutup Dinda.

Pada awalnya memang aku sama sekali tidak mengerti apa yang Dinda maksud.

Rasanya hatiku sakit saat Dinda mengucapkan kata- kata permintaan tersebut. Entah bagian dalam tubuh mana yang ditekan tapi rasanya hal tersebut sangat menyikasaku.

Akhirnya aku menyadari, benar apa yang Dinda katakan mengenai hubungan kami.

Semenjak kami pacaran, aku merasa tidak pernah memiliki waktu dengan siapapun termasuk diriku sendiri.

Aku hanya memikirkan Dinda, Dinda dan Dinda. Aku berhenti untuk tidak bolos karena Dinda.

Aku sangat bersemangat masuk jurusan IPA karena Dinda, dan aku memperbaiki penampilan juga karena Dinda.

Semuanya karena Dinda, hingga setelah aku tersadar aku kehilangan dirinya bagaikan hidup tanpa tujuan.

Padahal, yang Dinda maksud adalah diusia kami saat ini ia menginginkan kami sama- sama berjuang untuk mengejar cita-cita.

Nyatanya, inilah yang dinamakan bucin. Aku mengabaikan semuanya dan menjadi budak cinta, bahkan hingga cintak sendiri pergi meninggalkan. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co