Cerita Horor: Wajah Penuh Darah Terus Menatapku, Seram!

28 September 2021 21:32

GenPI.co - Cerita horor yang kualami sangat menakutkan, terutama bagi aku. Semua bermula saat aku menginap di rumah nenek.

Dia tinggal di sebuah kota di Jawa Tengah. Desanya masih sangat asri. Setiap pagi udara segar adalah santapan sehari-hari masyarakat.

Suara burung-burung menjadi pelengkap keindahan. Nyaris tidak akan ditemukan di kota.

BACA JUGA:  5 Film yang Dibintangi Park Shin Hye, Dari Romantis Sampai Horor!

Aku datang bersama temanku, Rio. Kami sekadar hanya ingin berlibur. Aku juga sudah cukup lama tidak menyambangi nenek.

Dia masih tinggal bersama kakek dan adik ibukku. Namanya Pak Tarjo. Orangnya sangat ramah.

BACA JUGA:  Supermenegangkan, Inilah 3 Rekomendasi Film Horor Korea Terbaru

“Oalaaahhh. Kamuuu,” Pak Tarjo langsung menggoyang-goyangkan bahuku ketika aku datang.

Rio sampai tertawa melihat aku digoyang-goyang. Aku tidak ubahnya anak kecil di depan Pak Tarjo.

BACA JUGA:  Kisah Horor: Tangan dan Wajah Seram Tiba-Tiba Muncul

“Kamu sudah lama nggak ke sini, Indra,” nenek menciumi pipiku. Kakek hanya tersenyum. Seperti itulah sambutan yang selalu aku dapatkan setiap datang ke rumah nenek.

Semuanya terasa sangat hangat. Aku selalu merindukan suasana-suasana seperti itu.

“Sudah, istirahat dulu sana,” Pak Tarjo menyuruhku masuk kamar yang sudah dirapikan istrinya.

Aku langsung membantingkan badan ke kasur. Rio memilih bermain handphone.

“Enak banget, ya,” ujar Rio.

“Betah nggak?”

“Nggak tahu. Kan, baru datang,”

Aku mulai nyerocos menceritakan kisah kecilku kepada Rio. Dia terlihat tidak bersemangat mendengarkan. Aku tidak peduli.

Malam harinya, kami langsung terlelap dengan cepat. Pegal di sekujur badan membuat kami tidur pulas.

Namun, tiba-tiba ada suara ketukan di jendela. Aku bangun. Rasa kantuk sangat menggantung di mataku.

Tidak ada suara apa-apa. Aku kembali menarik selimut untuk melanjutkan tidurku.

Entah kenapa aku mendengar suara ketukan lagi. Kali ini aku langsung terjaga. Suara itu hilang lagi.

Aku membangunkan Rio. Dia ternyata sudah bangun. Rio terlihat keringatan. Dahinya basah.

“Aku juga dengar,” ujar Rio.

Kami sama-sama melek. Aku dan Rio memutuskan tidak tidur lagi. Jam menunjukkan pukul 02:00.

Sejurus kemudian terdengar suara langkah kaki. Kami juga mendengar suara orang batuk. Itu kakek.

Aku dan Rio keluar. Kakek terlihat sedang membetulkan sarungnya, lantas menenggak teh manis kesukaannya.

“Kenapa bangun?” tanya kakek.

“Nggak apa-apa, Kek,” ujarku.

Kami mengobrol sampai pagi. Aku dan Rio tidak menceritakan kisah horor yang kami alami.

Hari selanjutnya, kami kembali diganggu suara ketukan. Setiap kali aku bangun, suara itu hilang.

Aku memberanikan diri keluar. Aku menggunakan lampu senter di handphone untuk menyinari sekeliling.

Aku melihat sosok berdiri di bawah pohon mangga. Aku heran. Siapa yang berdiri di sana? Orang? Hantu?

“Siapa?” tanyaku.

Dia tidak menjawab. Aku mendekat. Sejurus kemudian dia membalikkan tubuhnya. Aku kaget setengah mati.

Sosok itu memiliki wajah penuh darah. Dia terus menatapku. Sangat menyeramkan. Aku tidak ingat apa-apa lagi.

Ketika sadar, aku sudah di kasur. Kakek dan nenek ada di sampingku. Pak Tarjo sibuk mengipasi tubuhku.

Pada sore harinya, kakek bercerita bahwa dua minggu sebelumnya ada kecelakaan hebat di jalan desa.

Dua orang meninggal dunia di tempat. Menurut kakek, sejak saat itu ada beberapa kejadian horor yang dialami warga. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Asahi Asry Larasati
cerita horor   hantu   desa   seram   kisah horor   nenek   kakek   dear diary  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co