Puncak Bogor Jadi Akhir Cerita Cinta Bersama Jovanka

26 Oktober 2021 18:30

GenPI.co - Beberapa hari ini Jovanka tengah sibuk mengurus proposal skripsinya. 

Tentu sebagai pacar yang baik aku berusaha untuk menemani, menyemangati, dan membantunya. 

Rencananya, dia ingin meneliti sebuah perusahaan media yang berada di Bogor, Jawa Barat. 

BACA JUGA:  Pedang Calon Suami Kecil, Aku Kurang Puas

Oleh karena itu, dia memintaku untuk mengantarnya ke kantor media tersebut. 

"Besok bawa motorku saja. Kita bertemu di kampus jam 6 pagi, ya," kata Jovanka. 

BACA JUGA:  Pedang Milik Menantu Panjang dan Keras, Aku Sampai Merintih

"Pagi banget. Aku mana bisa bangun?" jawabku. 

Jovanka tak menjawab pertanyaanku, dia justru memperlihatkan senyum terindahnya. 

BACA JUGA:  Azab Istri Egois, Sang Suami Direnggut Maut

Ya, senyum Jovanka memang indah, terindah kedua di dunia. 

Sebab, seseorang yang punya senyum terindah pertama di dunia ialah Ibu. 

Malam harinya, aku langsung mengatur alarm untuk jam 5 pagi. 

Selain itu, aku juga meminta beberapa teman untuk membangunkanku pukul setengah 5 pagi. 

Tentu aku tak ingin membuat kecewa Jovanka, aku tak ingin dia kesulitan dalam mengerjakan proposal skripsinya. 

Syukurnya, aku bisa bangun tepat waktu dan bisa menemui Jovanka sesuai janji. 

"Jam 6 tepat, tak kurang juga tak membuat sayangku menunggu," kataku. 

"Terima kasih, sayangku yang rajin bangun siang, tetapi hari ini harus bangun pagi," jawabnya. 

Singkat cerita, kami langsung menuju kantor media yang dimaksud Jovanka. 

Untungnya, urusan perizinan dan segala macamnya berjalan dengan lancar. 

Jovanka diminta untuk menyiapkan beberapa pertanyaan dan mengirimnya ke media tersebut terlebih dahulu. 

"Soal skripsi sudah selesai, bagaimana kalau kita melanjutkan hari ini ke Puncak?" kata Jovanka. 

"Hariku, waktuku, semua untukmu, ke mana saja, asal bersamamu, gas terus sayangku!" jawabku. 

"Lebay," jawabnya sambil tersenyum.

Jovanka merengek ingin berfoto di hamparan kebun teh yang hijau. 

Tentu aku tak bisa menolak keinginan perempuan yang satu ini. 

Hari ini, waktuku benar-benar untuk Jovanka, seutuhnya. Namun, aku tahu, perjalanan kami ke Puncak ini akan menjadi akhir bagi kami. 

Ada beberapa hal yang tak bisa disampaikan dengan kata-kata. Oleh karena itu, aku memilih untuk menyimpannya saja. 

Setelah menikmati hari penuh bahagia bersama Jovanka di Puncak, aku memilih untuk tak menghubunginya.

Tentu apa yang aku lakukan ini akan menjadi hal yang sangat menyakitkan bagi Jovanka. 

Ternyata, aku tak bisa menjadi seorang pacar yang baik untuknya. 

Selama dua tahun menjalin hubungan bersama, perasaanku ternyata tak ada padanya. 

Perasaanku ternyata hilang di bawa seorang perempuan di masa lalu yang bernama Raya.

Raya membawa semua hatiku, tak sedikit pun aku diberi kembali. 

Hal itu yang membuatku hari pergi dari kehidupan Jovanka.

Maaf, Jo, aku tak bisa menemani skripsimu hingga selesai. 

Bersamaan perasaanku padamu, semua tentang kita sudah selesai. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Andi Ristanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co