GenPI.co - Begini kisah hidupku dan status baruku. Umurku memang sangat muda, tapi aku sudah merasakan manis asam kehidupan.
Kalau kata orang, aku belum cukup waktu untuk merasakan semuanya.
Pernikahanku dengan Joni merupakan hasil balas budi. Ya, orang tuaku punya hutang budi kepada keluarga Joni.
Ayahku dulu pengusaha perkebunan, kaya raya dan aku hidup serba kecukupan. Namun, saat aku 17 tahun usaha ayahku bangkrut karena kena tipu.
Aset ayahku yang nilainya milyaran ludes, bahkan, ayah masih menanggung utang yang tak kecil.
Tiap hari keluarga kami diteror orang tak dikenal yang mengaku anak buah renternir. Tak jarang aku melihat ayah fan ibuku dipukul oleh mereka. Sugguh sangat miris.
Setelah itu, datanglah sahabat lama ayah beranama Hartono. Dia tak lain ialah ayah mertuaku.
Entah apa yang menjadi perjanjian mereka, hingga muncullah ide menjodohkan aku dengan anaknya, bernana Joni.
Aku akui, Joni memang ganteng, hidungnya mancung, bibirnya pink merekah dan dadanya bidang.
Bisa dibilang dia ialah pria idaman semua wanita. Aku yakin para wanita pasti terkesima melihatnya.
Awalnya aku pun begitu. Namun, setelah tahu kami akan berjodoh, entah kenapa rasa kagum itu jadi hilang.
Entahlah, aku merasa ada sifat dia yang aneh dan tak aku suka. Namun, perjodohan itu tetap berlangsung dan kami pun menikah.
Malam pertama pun kami lalui, ternyata Joni orang yang romantis. Aku tak bisa menolak rayuannya dan akhirnya aku menyerahkan tubuhku kepada orang yang tak aku cintai.
Sayangnya pernikahanku hanya berumur satu tahun. Sebab, suamiku Joni rupanya belum bisa mencintaiku dan masih berhubungan dengan sang mantan.
Malam itu, sebuah keributan besar terjadi di rumah kami. Seorang wanita yang tak aku kenal, tiba-tiba datang mengacaukan suasana.
“Mana istrimu?” teriak wanita itu kepada Joni.
Mendengar ribut-ribut di luar, aku pun keluar kamar. Aku menjumpai suamiku bertengkar dengan wanita itu.
“Ada apa bu?” Tanyaku lembut.
Aku tak mendapatkan sambutan lembut, tetapi malah mendapatkan makian.
“Oh, jadi ini pacar kamu yang tak bisa dilupakan? Baiklah, aku mundur saja,” kataku.
Setelah itu, aku masuk kamar, mengambil koper dengan baju seadanya. Aku pun pulang ke rumah orang tuaku.
Akhirnya aku pun menjadi janda pada usia yang masih belia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News