Aku Ingin Bunuh Diri, Sikapnya Datar Saja

09 Februari 2022 20:46

GenPI.co - Karakter yang impulsif membuatku bisa tiba-tiba menangis, tertawa, dan marah-marah hingga lepas kendali.

Aku mengangap semuanya sebagai hal yang wajar. O, iya. Namaku Aditya. Usiaku 25 tahun.

Aku merantau ke Jakarta untuk bekerja. Aku merasa mengalami gangguan mental sejak 2016.

BACA JUGA:  Impian 3 Zodiak Bisa Jadi Kenyataan, Keberuntungannya Wow Banget

Awalnya, aku kerap merasakan banyak yang bergejolak di dalam diri. Semuanya makin terasa setelah dua tahun sebelum aku melakukan pengecekan secara serius.

Aku beberapa kali mengikuti meditasi. Aku benar-benar ingin lepas dari semuanya.

BACA JUGA:  Hanya Menunggu Waktu, Rezeki Melimpah 3 Zodiak Ada di Depan Mata

Aku sudah lelah mengonsumsi obat. Aku juga lelah mendapatkan belas kasihan dari orang lain.

Orang-orang di sekitarku tidak jarang menganggapku aneh. Mereka pun menganggapku gila.

BACA JUGA:  3 Zodiak Mengejar Karier, Rezeki Stabil, Asmara Penuh Godaan

Aku pun sering mengabaikan pekerjaan. Aku benar-benar jenuh. Berbagai macam pelarian yang kucoba ternyata tidak berhasil.

Tidak ada satu pun yang berjalan dengan baik. Aku pun pernah berpikir bunuh diri.

Satu-satunya orang yang menjadi wadah bercerita ialah Aci. Dia adalah teman gerejaku selama di Jakarta.

Aci orang yang menyenangkan, tetapi penasihat yang buruk. Dia mendukungku melakukan apa pun, termasuk bunuh diri.

Sepertinya, tidak ada keraguan dari ucapannya. Dia mengatakannya dengan santai.

"Rasanya, gue mau mati aja," ucapku kepada Aci.

"Lakuin kalau memang hal itu ingin lu lakuin," ujar Aci.

Sikapnya benar-benar santai. Dia bahkan mengucapkannya sembari menikmati cokelat panas.

"Yang gangguan mental siapa, sih?” aku menghardiknya.

Aku sebal karena Aci seolah tidak memahami keadaanku. Mimiknya benar-benar datar.

"Nanti juga lu lupa sama apa yang barusan lu ucapkan. Udah minum obat belum?" ujar Aci.

Nada bicaranya benar-benar datar. Dia seolah tidak merasakan kecamuk di hati dan kepalaku.

“O, iya. Sudah waktunya minum obat,” kataku.

Aci memang gila. Dia merespons kegelisahanku dengan sangat santai. Nyaris seperti tidak ada apa-apa.

Caranya merespons benar-benar berbeda dari orang lain. Namun, aku harus jujur soal dia.

Aku sangat nyaman dengan semua yang dilakukannya. Dia memang tidak lembut.

Akan tetapi, aku justru menemukan ketulusan dari sikapnya yang serampangan.

Aku merasa menemukan kekuatan untuk tetap melanjutkan hidup dengan sebaik-baiknya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Asahi Asry Larasati

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co