Terpaksa Dilayani Menantu Saat Istri Pergi Dinas

10 Maret 2022 23:55

GenPI.co - Tak terhitung, sudah ke berapa kalinya istri harus pergi dinas ke luar kota. Awalnya dia menolak untuk berangkat dan memilih untuk merawatku di rumah.

Namun, kutahu ini adalah mimpinya sedari kami masih pacaran 20 tahun lalu. Ku mendukungnya untuk pergi.

3 tahun lalu, aku divonis mengidap diabetes tipe 2. Kini hampir 10 persen kakiku melepuh dan sulit untuk digerakkan.

BACA JUGA:  Trauma Ditinggal Istri, Ayah Mertua Hobi Main di Belakang

Setiap kali aku bergerak, sungguh terasa sakit. Kini, jika ingin berjalan santai, aku harus menggunakan bantuan walker atau tongkat bantu jalan.

Aku sering merasa lelah. Waktuku kini banyak dihabiskan di ranjang. Aku pun tidak diam dan tidur. Di atas tempat tidur ini, ku tulis berjuta kata yang kususun menjadi rangakaian prosa indah dan juga jurnal ilmiah.

BACA JUGA:  Besar dan Kokoh, Tongkat Milik Menantu Membuatku Berbinar-binar

Ada hikmah di balik ujian Tuhan. Kini, aku sedang giat menulis dan merangkai kata di blog. Impian masa muda yang kembali merespons untuk dilakukan kembali di umurku yang menjelang kepala 6 ini.

Kembali ke Fira. Menantuku yang sudah kuanggap sebagai anak kandung. Hati dan parasnya sangatlah berirama, sama-sama manis. Pilihan anakku memang tak pernah meleset.

Semenjak masih pacaran dengan Haikal, dia rajin mampir ke rumah. Menengok keadaanku, sembari membawakan satu rantang penuh dengan makanan sehat hasil olahannya.

Ada Asian salad sause BBQ dan lemon tea adalah menu yang selalu dia sajikan untukku untuk sarapan.

Menantuku yang masih berusia 22 tahun ini adalah seorang ahli nutrisi dan gizi di sebuah rumah sakit di Jakarta.

Lulusan sekolah gizi dari Belanda ini dulunya merupakan assisten istriku, yang kemudian jatuh cinta dengan anakku.

Seperti sudah menjadi satu garis takdir yang harmonis, kini Fira ada di rumahku hampir tiap hari. Pekerjaannya di rumah sakit kini bisa ia kerjakan dari rumah seminggu 4 kali.

Ia pun menawarkan diri untuk merawatku, meski awalnya ku tolak. Tapi istri dan anakku sudah berembug untuk menyetujuinya.

Dengan telaten, Fira setiap pagi sudah sibuk di dapur rumahku. Segala menu sarapan dan snack sehat ia siapkan dengan rapi sembari menyalakan laptop untuk mengikuti zoom meeting.

Aku pun mengintipnya dari sela-sela pintu kamar yang terbuka sedikit. Melihatnya penuh kerja keras dan ambisius. Ia sosok yang periang, ramah dan telaten mengerjakan apa yang disukainya. Terkadang, aku tuliskan sebait puisi untuknya.

Kubacakan sembari dia mengantarkan makanan ke kamarku.

“Pagi Papah.. hari ini cuaca sedang teduh dan sejuk, Mau Fira ajak ke halaman belakang?,” ucap Fira sembari membuka pintu kamar.

“Pagi my angel… papah makin sehat sejak makan resep yang kamu bikin. Terimakasih ya Fira,” jawabku tersenyum ke arahnya.

"Sama-sama Pah. Kesehatan Papah adalah tanggung jawab Fira,” ucap Fira sembari meletakkan satu resep obat ke meja kecil di atas kasur.

Puisi yang kutulis, rupanya selalu ia minta. Ia membuat sebuah kliping dari tumpukan kertas yang kuberikan. Sunguh kreatif dan inovatif.

Setiap sore, ia dijemput suaminya. Setelah menikah, mereka memang memilih untuk tinggal di rumah sendiri. Tidak jauh, hanya 3 km dari rumahku.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co