Memendam 10 Tahun, Dia Menumpahkan Perasaannya Padaku

25 Maret 2022 15:30

GenPI.co - Hai, namaku Tasya. Ini adalah kisahku dengan sahabat dekatku.

Aku memiliki sahabat dekat yang sudah berteman selama kurang lebih sepuluh tahun.

Namanya Roni, kami bertemu dan mulai berteman saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

BACA JUGA:  Besar dan Kokoh, Tongkat Milik Menantu Membuatku Berbinar-binar

Sejak itu, kami sangat dekat dan selalu bersama-sama.

Selama itu, hubungan kami hanya sebatas sahabat saja, tidak ada perasaan lebih.

BACA JUGA:  Terpaksa Dilayani Menantu Saat Istri Pergi Dinas

Aku sering bercerita tentang pacar atau pria yang sedang dekat denganku, begitu pun sebaliknya.

Hari itu, Roni mengajakku makan di suatu tempat yang dia pilih.

Bukan hal yang aneh, karena memang kami sering makan berdua.

Akan tetapi, Roni menyuruhku untuk memakai pakaian yang bagus dan semi formal.

Ternyata, dia membawaku ke suatu restoran mewah yang berada di tengah kota.

"Ron, dalam rangka apa ini kita makan di tempat seperti ini?" tanyaku sambil melihat-lihat interior restoran yang terlihat sangat mewah.

"Udah, jarang-jarang, kan makan di tempat kayak gini," jawab Roni sambil tertawa.

Kami duduk di meja yang berada di pojok ruangan, Roni yang memesan semua makanan dan minuman.

Seperti biasa, kami berbincang-bincang mengenai banyak hal, mulai dari pekerjaan, pertemanan, hingga akhirnya mengenai cinta.

"Sya, aku tahu mungkin ini akan membuat persahabatan kita yang sudah berjalan lama hancur, tetapi aku sudah tidak sanggup menahannya lagi," ujar Roni diiringi jeda cukup panjang setelahnya.

Aku hanya melihat dirinya dan menunggu lanjutan perkataannya.

"Aku sebenarnya sudah suka kamu dari lama, butuh waktu cukup lama untuk yakin kalau perasaanku ini lebih dari rasa sayang ke seorang sahabat. Kamu mau nggak, untuk menjadi lebih dari teman?" ucap Roni.

Aku termenung beberapa saat dan hanya bisa menatap dirinya. Tidak pernah kusangka ternyata Roni memendam rasa kepadaku.

Baru mau menjawabnya, Roni tiba-tiba berbicara terlebih dahulu.

"Kamu bisa pikir ini terlebih dahulu, nggak usah dijawab sekarang, aku bakal tunggu, kok," katanya.

Akhirnya aku hanya bisa terdiam terpaku. Setelah menyelesaikan makananan, Roni mengantarku pulang.

Di mobil saat perjalanan pulang, tidak ada satu pun kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua.

Tiga hari berlalu dan aku masih bingung bagaimana menjawab pertanyaan Roni saat itu.

"Apa yang harus aku lakukan?" pikirku dalam hati. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co