Ramadan di Italia, Buka Puasanya Jam 9 Malam

07 April 2022 16:30

GenPI.co - Hai, perkenalkan namaku Maryolanda Zaini. Aku biasa dipanggil Maryo. Kali ini, aku akan menceritakan pengalamanku menjalani Ramadan di Italia.

Saat ini aku tinggal di Kota Venice, Italia. Aku sedang menempuh pendidikan S1 jurusan Philosophy, International Studies and Economics, Ca’ Foscari University of Venice, Italia.

Puasa tahun lalu di Venice bersamaan dengan musim panas. Hal itu membuatku harus beradaptasi dengan cuaca dan durasi berpuasa.

BACA JUGA:  Jalani Ramadan di Jerman, Aku Kangen Takjil dan Suara Azan

Bayangkan saja, waktu imsak di sini sekitar pukul 05.00 pagi dan baru buka puasa pada pukul 08.30 – 09.30 malam waktu setempat.

Menjalani waktu puasa yang panjang dan cuaca panas begitu melelahkan. Awalnya, tentu sulit aku jalani.

BACA JUGA:  Ramadan di Qatar, Luthfaldi Idfar Sulit Mendapatkan Nasi Padang

Aku sampai menghindari keluar dari tempat tinggal karena cuaca yang begitu panas.

“Alhamdulillah, kuliah masih online. Jadi, bisa puasa sambil beribadah di masjid,” ujar Maryo.

BACA JUGA:  Ramadan di Turki, Ragil Kurniawati Puasa Selama 17 Jam

Selain soal waktu, aku juga harus beradaptasi dengan suasana yang jauh berbeda dengan Ramadan di Indonesia.

Biasanya Ramadan di Indonesia pasti semarak. Aku masih ingat soal budaya ngabuburit sebelum berbuka, mencari takjil di pinggir jalan, buka puasa bersama alumni sekolah, hingga salat tarawih bersama di masjid.

Namun, kegiatan-kegiatan itu sulit ditemui di sini.

“Ngabuburit itu enggak ada. Salat tarawih juga agak sulit berjemaah, kecuali ada komunitas muslim yang mengadakannya,” ucap Maryo.

Aku benar-benar rindu suasa saat Ramadan, terutama soal takjil.

Di Indonesia, aku biasa berbuka puasa dengan takjil kolak, lalu melanjutkannya dengan meminum cincau dan kolang-kaling.

Meskipun demikian, aku cukup beruntung, karena di sini aku dekat dengan komunitas muslim Turki di Italia. Aku jadi belajar hal baru soal bagaimana budaya orang-orang Turki saat Ramadan.

Ada hal yang unik sebenarnya dari interaksi dengan mereka. Saat berbuka puasa, aku kira orang Turki akan memakan kebab.

Namun, ternyata mereka juga punya makanan khas saat Ramadan. Mereka biasanya akan menyantap ayam dan daging-dagingan berbumbu khas untuk buka puasa.

Nah, kalau lagi makan sama orang Turki, pasti minumnya bukan air putih.

Orang Turki biasanya lebih suka minum ayran, semacam yoghurt lokalnya mereka. Rasanya asin karena itu minuman fermentasi.

Cara makan orang Turki juga ada aturannya, lo. Ayran itu harus habis berbarengan dengan makanan besar. Jadi, tak boleh makanan besar dihabiskan lebih dulu, lalu ayran diminum terakhir.

Aku pun harus belajar cara makan mereka. Biasanya, aku makan makanan besar sekitar dua atau tiga suap, lalu dilanjutkan minum seteguk ayran.

Hal itu berbeda dengan budaya orang Indonesia yang biasanya menghabiskan makanan terlebih dahulu, baru mengakhirinya dengan minum.

Ah, indahnya perbedaan.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co