Ramadan di Taiwan, Aku Rindu Kumandang Azan dan Bukber

13 April 2022 16:30

GenPI.co - Perkenalkan namaku Ninis. Aku berada di Taiwan sejak Februari 2020 untuk menempuh pendidikan. Nah, ini pengalamanku menjalani Ramadan di Taiwan.

Ramadan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu bagi Muslim di seluruh dunia. Begitu juga dengan Muslim di Taiwan.

Aku merasa menjalani ibadah puasa di Taiwan tak terlalu sulit.

BACA JUGA:  2 Kali Ramadan di Abu Dhabi, Sumpah Gue Kangen Indonesia!

Sebab, perbedaan durasi puasanya tidak terlalu jauh dengan Indonesia, yaitu sekitar 12 jam. Cuacanya pun dingin di Taiwan. Jadi, saat berpuasa tidak terlalu lapar.

Hanya saja aku merasa kesulitan saat mengonsumsi makanan selama Ramadan.

BACA JUGA:  Jalani Ramadan di Turki, Aku Malah Ditawari Makanan

Jujur saja, sahur itu susah untuk dilakukan. Entah karena jauh dari keluarga atau seperti apa, yang jelas aku merasa kesulitan.

Ramadan pertama di Taiwan, aku sama sekali tidak sahur.

BACA JUGA:  Ramadan di Polandia, Aku Obati Rindu Rumah Pakai Pisang Goreng

Sebab, aku merasa kesulitan mencari bahan makanan halal untuk dimasak. Jadi, aku kebanyakan makan sayur, sehingga energiku cepat habis.

Hal itu tentu berbeda 180 derajat dengan di Indonesia yang sangat mudah mencari makanan halal.

Serunya, di Taiwan juga ada buka puasa bersama. Alhamdulillah, makin ke sini, makin banyak ibu-ibu dari Indonesia yang datang ke Taiwan.

Jadinya, aku dan teman-teman bisa banyak mendapatkan resep dari ibu-ibu, deh. Semua makanan yang biasa cuma ada di Indonesia, kini bisa dengan mudah dibuat oleh kami.

Pada Ramadan sebelumnya, kami cuma makan kurma dan teh panas saja saat buka puasa.

Jujur saja, aku juga merindukan bukber dengan keluarga dan teman sekolah. Selain itu, aku juga merasa kehilangan suara ajakan salat melalui azan di Taiwan.

Selama di Indonesia, aku bisa mendengar suara azan di televisi dan di berbagai tempat.

Namun, di Taiwan tidak seperti itu. Sebab, hanya ada satu masjid di satu kota. Jadi, aku kesulitan mendengar suara azan dan hanya memakai jam digital.

Selain buka bersama, di Taiwan juga ada salat Tarawih tahun ini, mengingat pandemi covid-19 sudah tak terlalu parah seperti dua tahun sebelumnya.

Namun, kami tetap menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan.

Imam di masjid kota pun merupakan para pelajar Indonesia yang ada di Taiwan.

Salat Id juga digelar bersama-sama. Aku bersama teman yang lain tahun ini berencana salat Id ke Grand Mosque Taipei, Taiwan.

 

Sebenarnya, ini pengalaman baru banget buatku. Sebab, saat pandemi melanda, pemerintah Taiwan sangat ketat dalam pencegahan covid-19.

Oleh karena itu, setiap kali salat berjamaah, kami harus bersembunyi. Sebab, masjid banyak yang ditutup pemerintah dan tak boleh beroperasi selama pandemi.

Akan tetapi, kami menyiasati itu dengan datang ke ruangan kosong untuk salat berjamaah.

Karena jumlah mahasiswa Muslim-nya banyak, biasanya ada acara Ramadan yang digelar di kampusku tiap tahun.

Kami biasanya mengadakan salat dan makan bersama. Akan tetapi, karena covid-19 masih terjadi, kami tidak selalu mengadakan salat bersama.

Biasanya aku dan teman-teman tetap nekat untuk salat berjamaah dengan membuat kelompok kecil kurang dari 10 orang.

Aku merasa sebenarnya tanpa covid-19 Lebaran bisa lebih semarak lagi.

Alhamdulillah, aku merasa senang karena makin lama makin banyak orang Indonesia yang berdatangan ke Taiwan. Tentu saja, hal itu membuat suasana Ramadan bisa makin semarak.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co