Kisah Mualaf: Iklan Ramadan Menuntunku Belajar Islam Lebih Dalam

27 April 2022 18:30

GenPI.co - Assalamualaikum semuanya. Perkenalkan namaku Fatimah Lihawa Warouw. Aku ingin bercerita soal kisah awal menjadi mualaf pada pertengahan tahun 2020.

Aku sebenarnya sedari Sekolah Dasar (SD) suka penasaran dengan iklan khas Ramadan di televisi yang selalu bersambung.

Selain itu, aku juga kerap menonton acara sahur di televisi hingga ingin merasakannya.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Hampa Karena Ateis, Kini Aku Sadar Allah Maha Esa

"Iklan Marjan bikin penasaran, terus kalau dini hari ada acara sahur. Itu seru banget, rasanya kayak ingin ikut juga," gumamku.

Kondisi itu membuatku ingin mempelajari Islam lebih lanjut. Namun, jelas hal itu sangat sulit apalagi di kalangan keluarga besarku.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Ditentang Keluarga, Kini Aku Dapat Wanita Salehah

Hingga akhirnya, aku mulai kenal teman-teman Islam melalui media sosial pada 2011.

Akan tetapi, aku tidak ada keberanian untuk bertanya-tanya soal Islam kepada mereka.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Dulu Diprotes Keluarga, Kini Orang Tua Ikut Puasa

Selanjutnya, pada 2014 ialah tahun bersejarah buatku untuk kali pertama kenalan langsung dengan teman muslim.

Usai kenal dengan mereka, aku sangat kagum ketika melihat gerakan salat.

Pada tahun yang sama, aku kebetulan menjalin kisah cinta dengan pria muslim.

"Jadi, aku suka bangunin dia sahur dan buka puasa bareng, padahal aku tidak puasa. Apakah ini hidayah dari Allah yang mulai menjemput, tetapi aku belum ambil?" tanyaku dalam hati.

Meski demikian, aku mencoba berusaha untuk mengikuti kekasihku untuk berpuasa pada 2017.

Sebenarnya, aku puasa hanya niat untuk diet. Namun, ternyata hidayah itu ada jika kita mencari.

Ya, meski masih bertahan di iman yang selama ini kupercaya, aku coba belajar Islam kepada pria tersebut. Pria itu masih mencari fitrah meski sedari lahir sudah Islam.

Aku dan kekasihku itu sama-sama belajar sedari 2017 hingga 2019 untuk mencari kebenaran Islam.

Setahun kemudian aku pun memantapkan hati untuk menjadi mualaf dengan mengucapkan dua kalimat sahadat.

"Alhamdulillah itu terjadi pada pertengahan 2020 aku mengucap sahadat seminggu sebelum menikah dengan pria pilihanku," ucap syukurku.

Kisah mualaf ini seperti dituturkan Fatimah Lihawa Warouw kepada GenPI.co.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Puji Langgeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co