GenPI.co - Hai, perkenalkan namaku Nurul Kasidi. Aku ingin membagikan pengalamanku menjalani Ramadan di Prancis.
Saat ini, aku tengah menempuh pendidikan S2 Learning Sciences di Université Paris Cité, Prancis.
Mengikuti puasa Ramadan di Prancis tidak semudah yang aku bayangkan.
Berpuasa di Prancis dengan Indonesia sangat berbeda sekali. Kalau di Indonesia aku hanya berpuasa selama 12 jam, sedangkan di Prancis itu sampai 16 jam.
Perbedaan waktu selama empat jam juga sangat terasa untukku.
Mengapa waktu berbuka puasa di Prancis lama? Sebab, matahari di Prancis menuju ke tengah tahun itu posisinya makin ke utara.
Oleh karena itu, waktu sahur jadi makin cepat dua menit dan waktu berbuka makin melambat satu menit. Fenomena itu terjadi tiap hari.
Hal itulah yang membuatku cukup berjuang untuk menjalani puasa di negara itu, apalagi ditambah dengan beban pekerjaan kantor.
Oh iya, di samping menjalani perkuliahan, aku juga merupakan karyawan magang di salah satu perusahan di Prancis.
Tak cukup sampai di situ, tantangan yang aku hadapi selanjutnya juga ditambah dengan kondisi di Prancis yang kering, sehingga selalu ada rasa haus menghantui.
Untuk menu sahur dan berbuka, biasanya aku masak sendiri dengan mengolah bahan-bahan frozen food.
Baru tujuh bulan di Prancis, rasanya aku ingin kembali ke Indonesia karena sudah rindu dengan berbagai makanannya.
Oleh karena itu, sesekali aku mampir ke restoran makanan Indonesia bersama teman untuk melepas rasa kangen.
Aku pun mengakui kalau toleransi di tempat tinggal sekarang sangatlah tinggi.
Selain dekat dengan masjid besar di Prancis, orang-orang di sekitarku pun menghargai umat agama lainnya.(*)
(Kisah Ramadan di Prancis seperti yang dituturkan Nurul Kasidi kepada GenPI.co)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News