GenPI.co - Assalamualaikum. Namaku Sitti Maimunah. Aku tinggal di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Namun, aku bukan asli Konawe Selatan. Aku lahir di Makassar, Sulawesi Selatan.
Bagiku, Islam bukanlah agama asing. Aku sangat familier dengan Islam. Sebab, aku hidup di lingkungan yang mayoritas penduduknya muslim.
Beberapa anggota keluarga jauh pun mualaf. Kisah mualaf yang kujalani dimulai pada 1987.
Aku masih sangat ingat. Saat itu bulan April. Usiaku baru 20 tahun. Aku memutuskan masuk Islam.
Keputusanku menjadi mualaf karena aku akan menikah dengan pria beragama Islam.
Keluargaku kaget ketika aku bilang akan mengucapkan kalimat syahadat agar masuk Islam.
Mereka tidak setuju. Aku mengucapkan syahadat di salah satu masjid di Makassar.
Aku melakukannya sehari sebelum pernikahan. Orang tuaku marah. Sehari setelah menikah, aku dan suamiku diusir dari rumah.
Aku pun pergi ke rumah mertua. Aku tidak membawa apa pun. Aku hanya mengenakan baju di badan.
Aku merasa terombang-ambing. Berbagai ujian kehidupan menerpaku. Namun, aku tetap berusaha kuat.
Aku tetap memiliki keyakinan sangat kuat kepada Allah SWT. Setelah menikah, aku dikaruniai dua anak perempuan.
Kami hidup pas-pasan. Pada 2005, aku memboyong kedua anakku ke Kendari.
Aku menata kehidupanku. Aku tidak pernah meninggalkan salat wajib. Aku juga rajin puasa Senin dan Kamis.
Aku pun selalu berusaha menunaikan salat Duha dan Tahajud. Aku melakukan ibadah itu sampai sekarang.
Mukjizat Allah akhirnya datang. Orang tuaku memberikan rida saat anak keduaku menikah pada 2010.
Hubunganku dengan orang tua pun membaik. Setelah itu, aku seolah merasakan ketenangan batin yang luar biasa.
Rezeki pun datang bertubi-tubi. Aku akhirnya memiliki rumah dan bisa membangun usaha.
(Kisah mualaf seperti yang dituturkan Sitti Maimunah kepada GenPI.co Sultra)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News