Kisah Mualaf: Aku Sempat Dimarahi, Bapak Akhirnya Ikhlas

Kisah Mualaf: Aku Sempat Dimarahi, Bapak Akhirnya Ikhlas - GenPI.co
Perkenalkan namaku Agus Ramadhan. Inilah kisah mualaf yang kualami. Aku sering bergaul dengan teman-temanku yang mayoritas muslim. Foto: GenPI.co Sultra

GenPI.co - Perkenalkan namaku Agus Ramadhan. Aku bekerja sebagai cleaning service di sebuah kafe di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Saat ini usiaku 22 tahun. Aku ingin menceritakan kisah mualaf yang kualami.

Sebelum memeluk Islam, aku sering bergaul dengan teman-temanku yang mayoritas muslim.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Aku 7 Tahun Tidak Diakui Anak oleh Papa

Dua kakak kandungku juga beragama Islam. Hal itulah yang menguatkanku menjadi mualaf.

Bagiku, Islam bukanlah agama yang asing. Aku sudah sangat familier dengan aktivitas mengaji dan salat.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Melihat Ukhti Wudhu, Aku Tertarik Mendalami Islam

Teman-temanku sering salat dan mengaji di masjid. Aku pun makin tertarik mempelajari Islam.

Aku juga mulai mendalami kajian-kajian dari ustaz. Seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa yakin dengan Islam.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Lantunan Ayat Suci Alquran Membuat Hatiku Sejuk

Aku pun memberanikan diri mengutarakan keinginan menjadi mualaf kepada orang tuaku.


Artikel ini sudah tayang di Kisah Mualaf: Cleaning Service Lounge and Bar yang Memeluk Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya