Omongan Mertua Bikin Rumah Tanggaku Pupus, Menyedihkan!

29 Juni 2022 23:55

GenPI.co - Perkenalkan namaku Eza Ramadan. Kini, usiaku 31 tahun dan berprofesi sebagai manajer di suatu perusahaan start-up di Jakarta.

Kisahku ini menjadi pelajaran paling berharga dalam hidupku.

Semua itu bermula saat aku bekerja sebagai sales di suatu mall di Jakarta pada 2016.

BACA JUGA:  Suami Pulang Larut Malam, Papa Mertua Makin Sayang

Saat itu, aku sedang menjalin hubungan dengan kekasihku yang bernama Septi.

Bisa dibilang hubungan kami baik-baik saja dan tak pernah ada pertengkaran hebat.

BACA JUGA:  Aku Tumbang di Kamar, Bapak Kost Datang Bawakan Vitamin

Setelah merasa saling yakin satu sama lain, akhirnya aku memutuskan menikah dengan Septi pada Juli 2016.

Awalnya memang hubungan kami baik-baik saja dan aku merasa keluarga Septi juga merestui pernikahan kami.

BACA JUGA:  Pesona Bapak Kost Bikin Hati Bergetar, Nggak Sabar Ingin Pulang

Mertuaku juga mengetahui soal pekerjaanku yang hanya seorang sales sebelum kami menikah.

Namun, semua itu berubah drastis ketika kami sudah berumah tangga.

Istriku memang meminta kepadaku untuk tinggal di rumah mertua.

Jujur saja, seminggu pertama aku merasakan suasana yang tak nyaman.

Aku sering mendengar ocehan mertuaku terhadap diriku, apalagi dia seringkali menyinggung soal pekerjaanku.

"Kamu kenapa mau menikah sama dia? Si Eza hanya seorang sales mana bisa menghidupi kamu sampai tua," ucap mertuaku saat sedang berbicara kepada istriku.

Saat itu, aku memang merasa tak tersinggung dengan perkataan mertuaku.

Aku memang menyadari gajiku memang pas-pasan untuk menghidupi istriku.

Aku terkadang minder setiap istriku membahas soal gajinya yang berada jauh di atas.

Tentu aku selalu mencoba untuk tetap sabar dan tabah menghadapi hal tersebut. 

Namun, seminggu setelahnya, aku kembali mendengar ucapan yang tak enak dari mertuaku.

"Sudah Septi, seandainya waktu itu kamu mau mendengarkan perkataan Ibu, kamu pasti tak akan menderita seperti ini," ucap mertuaku.

"Ya, aku memang cinta sama dia, Bu," jawab istriku.

"Kamu mau makan apa kalau terus sama dia? Mau makan cinta? Sekarang cinta enggak bisa bikin kamu bahagia. Dia hanya menumpang hidup," ujar mertuaku.

Mendengar ucapan tersebut, aku langsung mencoba berbicara langsung kepada mertuaku.

"Bu, maaf saya memang tidak memiliki harta yang berlimpah, tetapi saya memiliki niat tulus untuk menafkahi anak Ibu," kata aku.

"Ya, kamu seharusnya bisa bercermin, kamu sebenarnya tak pantas untuk anakku," ungkap mertuaku dengan nada tinggi.

"Oke, baik, Bu. Kalau memang Ibu mau saya berpisah dengan anak Ibu, saya akan melakukannya. Bagaimana Septi?" tanyaku kepada Septi.

"Mas, aku sejujurnya juga merasa kini semua beban ada di pundakku. Memang aku mencintaimu, tetapi aku juga harus mendengarkan perkataan Ibuku," kata dia.

Seketika mendengarkan perkataan Septi, aku langsung sesumbar.

"Oke, kalau Ibumu mau kita berpisah, sebaiknya lakukan saja sekarang," ucapku dengan nada kesal.

Setelah percekcokan itu terjadi, aku langsung memutuskan bercerai dengan istriku.

Rencana kami selama 5 tahun menjalin kasih sirna karena omongan mertuaku. Tercatat kami hanya berumah tangga selama 2 minggu.

Setelah perceraian itu, aku terus mencoba membuktikan diri mampu menjadi orang sukses.

Satu tahun setelah kejadian itu, aku mencoba berkarier di bidang start-up.

Pada akhirnya, aku bisa menjadi manajer dan kini memiliki keluarga yang harmonis dengan 1 anak. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Ferry Budi Saputra

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co