Om Hendro Pandai Bermain Jari, Aku Dibuat Merem Melek

04 Juli 2022 19:10

GenPI.co - “Krek…krek… ah sedap.. ah enak..” desahanku saat ujung jari-jamari itu mulai menyentuh dan menekan di permukaan kulit terdalam.

Ini cerita dua hari lalu saat Om Hendro datang ke rumah dan menjengukku yang sedang terkapar di kamar tidur.

Sejak divonis menderita kelainan pembekokan tulang belakang, aku pun hampir tak bisa lagi beraktivitas normal dengan waktu yang cukup lama.

BACA JUGA:  Suami Pulang Larut Malam, Papa Mertua Makin Sayang

Bila dibuat berjalan terlalu lama, punggung-ku rasanya seperti dihantam batu seberat 10 kg. Sakit rasanya.

Cidera ini bermula saat aku sedang menjalani latihan menjelang kick off bola basket bersama grup olahraga di sekolah.

BACA JUGA:  Aku Tumbang di Kamar, Bapak Kost Datang Bawakan Vitamin

Singkat cerita, karena salah selang melangkah, kaki kiriku tidak berpijak pada tumpuan yang tepat sehingga terpeleset.

Belum lagi badan kecilku ini tiba-tiba dihantam lawan dengan keras yang mengakibatkan aku terpental ke luar lapangan dan jatuh telentang.

BACA JUGA:  Pesona Bapak Kost Bikin Hati Bergetar, Nggak Sabar Ingin Pulang

Beruntung saja, organ kepala aman. Hanya saja punggungku harus mengalami cidera cukup parah karena menghantam lantai yang cukup keras.

Setelah menjalani berbagai pengobatan, baik medis maupun alternatif, kondisiku belum menunjukkan pulih sepenuhnya. Namun, sudah membaik.

Namun, aku harus segera sembuh untuk bisa paling tidak menyaksikan pertandingan bola basket timku yang sudah kami tunggu sekian lama.

Lagi-lagi kondisi kesehatanku justru tetap sama, dan belum menunjukkan perubahan signifikan.

Hingga akhirnya, pada hari 13, Om Hendro yang juga adik Papa datang membesuk ke rumah.

Pekerjaan sehari-harinya merupakan mandor di bengkel. Kekuatan tangan dan jari-jarinya sudah terlatih untuk menangani berbagai masalah teknis dan otomotif.

“Adel, coba kamu tengkurap di atas ranjang dulu. Om mau benerin tulang punggung kamu yang sakit,” kata Om Hendro.

“Hah.. om mau ngapaain. Enggak ah pasti sakit,” ujarku.

“Enggak kok,” timpal om sambil tertawa menenangkan.

“Pelan-pelan saja. Rasanya paling kayak digigit semut terus diolesi balsem geliga, hehe,” lanjutnya berusaha meyakinkan.

“Ayo nak, coba dulu, pasti nggak sakit. Papa yakin Om Hendro sudah terlatih nanganin orang-orang yang kejepit sarafnya. Dulu Papa pas lagi bujang juga pernah dipijit sama om langsung enakan,” sahut Papa.

“Emmmm…. yaudah deh. Adel coba tapi pelan-pelan ya om,” pintaku.

“Ah sakit… duh aw aw… sakit om,” jeritku sambil merem melek.

Pelan-pelan jari jemari Om Hendro mulai menekan area tulang punggungku yang sakit.

Dengan teknik yang terukur dan terlatih, ia mulai untuk memainkan telapak tangan dan ujung jari-jarinya dari atas ke bawah.

Pijatan Om Hendro sangat dinamis. Mulai dari yang paling lembut hingga sedang menuju kasar.

Pada 5 menit pertama memang terasa sakit minta ampun. Namun, menit-menit berikutnya hingga selesai aku mulai merasakan badanku ringan dan nyaman.

Selama sesi pijat, Om Hendro hanya butuh minyak kutus-kutus yang biasa dipakai untuk urut.

Namun, kemampuannnya itu benar-benar sudah teruji. Aku pun merasakannya.

Dua hari setelah dipijat Om Hendro, kini pelan-pelan rasa sakit dipunggung sudah mulai reda. Aku pun sudah nyaman berjalan dalam jarak yang cukup jauh.

Terimakasih Om Hendro. Kebaikanmu selalu aku kenang.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co