GenPI.co - Halo, perkenalkan, namaku Andini Putri Wibowo. Ini merupakan kisah horor yang pernah aku alami sejak ditinggal pergi oleh pamanku 4 tahun lalu.
Kala itu, aku dan paman sering bercengkerama di rumah. Rumah orang tuaku sendiri memiliki luas 200 meter dan bisa dibilang besar.
Kami sering bertukar pikiran satu sama lain terkait hal-hal lucu, hingga hal serius yang menyangkut keluarga kami sendiri.
Pamanku ini merupakan abang dari ibuku, alias anak pertama dari lima bersaudara.
Nah, kalau ibuku sendiri merupakan anak kedua sehingga berada langsung di bawah pamanku.
Saking seringnya mengobrol dengan paman, aku pun sudah mengetahui kopi favoritnya.
Jadi, setiap kali pamanku mampir ke rumah, aku pasti selalu membuatkannya kopi.
Suatu ketika, aku mendapatkan kabar bahwa pamanku sakit.
"Andini, pamanmu sedang sakit, jadi untuk sementara tidak bisa main-main ke rumahmu dulu," kata istri pamanku saat menelponku.
Sontak, aku pun kaget dan tidak habis pikir. Sebab, satu hari sebelumnya pamanku masih baik-baik saja dan dalam kondisi sehat.
Dua hari berikutnya, aku pun mendapatkan kabar bahwa pamanku menderita diabetes atau gula darah.
"Pamanmu menderita diabetes, din," jelas tanteku.
Aku sangat langsung sedih mendengar pernyataan tersebut.
Setelah 1 minggu pamanku berjuang melawan penyakitnya, dia pun dinyatakan meninggal dunia.
"Dini, tante mau kabarin kalau pamanmu sudah tidak ada," ucap tanteku.
Aku tak bisa menjawab hal itu dan hanya menangis. Setelah itu, aku berusaha tegar dan kuat untuk dapat hadir di pemakamannya.
Selang beberapa jam, aku kembali pulang ke rumah. Entah kenapa, aku merasakan aura yang berbeda di rumah.
Aku merasa bahwa pamanku masih berada di sekitarku dan terkadang dia berbisik kepadaku.
"Ponakan om, lagi apa sih sekarang," begitu kata yang terdengar oleh kupingku.
Aku bahkan sampai tak bisa tidur lantaran terus dibayang-bayangi oleh suaranya.
Tak jarang, aku melihat seperti sosok bayangan putih di bagian belakang rumah.
Saking parnonya terkait hal tersebut, aku hanya bisa berdoa dan terus berusaha berani.
Hari demi hari kujalani dengan hal itu, hingga akhirnya aku pun mulai terbiasa.
Dua minggu berikutnya, aku mulai merasa nyaman tanpa perlu takut lagi terkait hal-hal mistis tersebut.
"Mungkin pamanku di atas sana sudah mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya," gumamku dalam hati. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News