GenPI.co - Hai, namaku Dinda. Aku adalah seorang mahasiswi yang masih singgah di kota hujan.
Seperti namanya, air sangat bersahabat di kota ini. Tak satu hari pun kutemui tanpa tetesan yang dingin.
Pada suatu hari, aku hendak mengerjakan skripsi di kampus. Aku pun mengenakan pakaian terbaik dan mencoba untuk tampil sempurna.
Bukan tanpa alasan, sebab aku memang sedang mengincar seorang pria yang tampan di kampus. Dia adalah Rico, teman sekampus sekaligus teman terdekatku.
Saat sedang mengerjakan skripsi, pria itu pun datang menghampiriku. Tingkahnya yang lugu membuatku tidak tahan untuk memandanginya.
"Hai Din, lagi ngerjain skripsi juga? Sudah sampai mana?" ujar Rico.
“Aku baru sampai bab 3 nih, Co, kamu gimana?” tanyaku.
“Aku juga masih bab 3 nih, kamu enggak bosen di kampus?” ujarnya.
“Emangnya kenapa”? tanyaku lagi.
“Gimana kalau kita pergi ke suatu tempat yang lebih asyik?” ajaknya.
Aku pun semakin bersemangat karena Rico hendak mengajakku ke suatu tempat. Pikiranku pun sekaan-akan melayang karena tingkahnya tersebut.
Beberapa saat kemudian, kami membersekan semua barang-barang dan beranjak ke parkiran mobil.
Setelah dirasa sudah siap, kami pun meninggalkan kampus.
“Jadi, kita mau ke mana?” tanyaku.
“Udah ikut aja, enak pokoknya. Daripada di kampus terus kan bosan,” tuturnya.
“Iya sih, tapi mau ke mana?” tanyaku untuk yang kedua kalinya.
“Rahasia,” ujarnya singkat.
Dalam perjalanan aku pun membayangkan tempat seperti apa yang hendak Rico tunjukkan kepadaku.
Mobil melaju pelan menuju arah puncak. Aku pun semakin bersemangat dibuatnya.
Sesekali aku juga membayangkan bahwa Rico akan mengajakku ke sebuah villa yang ada di puncak untuk melakukan sesuatu yang mengasyikan di sana.
Setelah beberapa lama aku dan Rico mengendarai mobil, ternyata dugaanku benar. Rico mengajakku ke sebuah villa di puncak.
“Kita sampai, ini villa milik keluargaku,” ujarnya.
“Wah, bagus ya villanya. Kok kamu enggak bilang sih kalau punya villa”? tanyaku.
“Aku enggak pengin banyak orang tahu soal ini, jadi ini rahasia kita berdua aja ya,” tuturnya.
Dalam hati, sebenarnya aku sempat curiga dengan apa yang Rico inginkan kepadaku.
Sebab, baru kali ini dirinya mengajak seseorang ke villanya. Aku pun sedikit merasa merinding karena tak bisa menahan rasa penasaran.
Setelah berkeliling villa, Rico pun membawaku ke ruang tengah villa tersebut. tidak hanya itu, dirinya juga menunjukkan kamar villa yang sangat nyaman.
“Rico, nanti kita pulang jam berapa?” tanyaku.
“Kita nginep aja di sini, lagi pula enggak ada siapa siapa,” tuturnya.
“Kita berdua aja?” ujarnya.
“Iya berdua aja, kan enak sepi di sini. Jadi kita bisa lebih fokus untuk ngerjain skripsi,” katanya.
Setelah beberapa saat, aku pun disuguhi sebuah hidangan. Tak kukira bahwa Rico merupakan seseorang yang pengertian.
Rico membawakan aku beberapa jagung rebus dan sebuah minuman yang tak kutahu darimana asalnya.
“Rico, ini munuman apa?” tanyaku.
“Udah minum aja, enak kok,” katanya.
“Enggak mau ah, ini minuman apa? Cepetan bilang,” ujarku.
“Enak pokoknya bisa bikin kamu nyaman, jangan khawatir,” tuturnya.
“Awas ya kalo ini minuman aneh, aku marah loh,” ujarku.
Setelah itu, aku pun meneguk minuman yang diberikan Rico. Seketika, aku merasa sangat nikmat, nyaman dan hangat.
Tak lama kemudian, Rico pun menghampiriku dan menyentuh pundakku.
“Gimana rasanya? Enak kan?” tanya Rico.
“Iya ini enak banget, aku jadi melayang-layang. Emang ini minuman apa sih?” tanyaku sambil ketagihan meminum hidangan tersebut.
“itu namanya wedang jahe, enak kan? Anget kan? Kalo minum itu badan kita jadi anget. Yasudah, cepat habiskan, kalau mau nambah bilang aja ya,” ujar Rico. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News