Tak Pernah Terbayangkan, Tubuhku Disekap Janda Seksi Pantura

01 Maret 2021 11:30

GenPI.co - Pantura menyimpan sejuta rasa dan kenangan bagiku. Di sanalah, aku mencurahkan hati, pikiran, dan tubuhku bersama seorang janda yang tak bisa kulupakan.

Hal inni berawal dari kabar bahwa ada beberapa karyawan yang akan dipindah ke kantor cabang di daerah Pantura.

BACA JUGA: Janda Binal itu Bikin Aku Bergetar 

Hal itu pun membuat banyak karyawan heboh, ada yang menolak dan ada yang berharap bisa pindah dari kantor pusat di Jakarta. 

Aku jadi salah satu karyawan yang berharap dipilih untuk kerja di kantor Pantura.

Meski jaraknya tak terlalu jauh dari Jakarta, aku berharap ada suasana baru di Pantura

Jujur saja, aku sudah mulai bosan dengan suasana Jakarta. 

Setelah beberapa hari, kantor akhirnya mengumumkan karyawan yang akan bertugas di kantor cabang. 

Tak aku sangka, ternyata namaku masuk dalam daftar karyawan yang dipindah ke Pantura.

"Rizky, mulai besok Senin, kamu aktif di kantor Purwakarta," kata Mbak Rini HRD.

"Dengan senang hari mbak," jawabku. 

Singkat cerita, aku sudah mulai bekerja dan beraktivitas di kantor Pantura.

Suasana dan lingkungan baru membuatku lebih bersemangat dalam bekerja. 

Tak hanya itu, di samping rumah kontrakanku juga ada seorang janda cantik yang sangat menawan. 

"Namanya Sinta, suaminya meninggal tahun lalu," kata penjaga warung rokok di depan rumahku. 

Beberapa hari aku lalui tanpa menyapanya, hingga suatu pagi, dia menyapaku terlebih dahulu. 

"Sudah ditunggu, tapi enggak pernah nyapa dulu," katanya. 

"He he, maaf Mbak, saya malu," kataku. 

"Saya Sinta, nama Mas siapa, Malu?" jawabnya lagi. 

"Bukan, bukan. Nama saya Rizky, Mbak," jawabku tersipu. 

Sejak kejadian itu, aku mulai sering menyapa Sinta terlebih dahulu. 

Bahkan, dia juga tak segan untuk memperlihatkan senyum manisnya bila melihatku. 

Perlahan, hatiku mulai terpenuhi oleh semua hal tentang Sinta. 

Semua ruang yang ada di pikiranku pun penuh terisi dengan senyuman manis milik Sinta. 

Suatu hari, aku memberanikan diri untuk mengajak Sinta makan malam. 

"Aku janda, kamu nggak masalah dengan statusku?" tanya Sinta. 

"Yang masalah, kalau kamu enggak ada di dunia. Jadi sedih," jawabku. 

Mendengar jawabanku, Sinta tersenyum, aku juga.

Semesta memang sedang berpihak kepadaku, aku tak butuh lama untuk mendapatkan hati Sinta. 

Tak hanya hatinya, tetapi semua yang ada pada Sinta, aku sudah mendapatkannya. 

"Cintaku, tubuhku, semua milikmu mas," kata Sinta. 

Ya, Sinta mengatakan hal itu setelah kami bertukar keringat di ranjangnya yang berisik. 

Namun, aku sadar aku tak bisa sepenuhnya memiliki Sinta. 

Aku juga tak bisa melanjutkan hubunganku dengan Sinta. 

Hal itu karena ada satu istri dan dua anak yang menjadi tanggung jawabku. 

Ya, aku memang sudah mempunyai istri dan anak. 

Entah kenapa aku begitu tega mengkhianati keluargaku yang berada di Jakarta. 

Namun, aku tak bisa menahan nafsuku untuk bisa menikmati keindahan tubuh Sinta. 

Setelah beberapa bulan di Pantura, aku meminta pindah lagi ke kantor pusat. 

BACA JUGA: Melihat Bekas Cupang dari Janda, Istriku Ajukan Talak Cerai

Aku tak bisa terus-terusan mengkhianati keluargaku di sana. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co