GenPI.co - Namaku Andi, aku adalah seorang lulusan sekolah pariwisata yang memiliki hobi memasak.
Karena tidak terlalu mahir memasak, aku memutuskan untuk kursus masak di salah satu mall yang menyediakan jasa tersebut.
BACA JUGA: Nikmatnya Berpacaran Dengan Janda, Nafkah Lahir & Batin Terpenuhi
Kelas masak tersebut menjadi salah satu tempat yang bergensi, tidak sedikit beberapa chef ternama jebolan dari sekolah ini.
Kelas memasak diadakan seminggu dua kali, setiap pertemuan aku manfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk konsentrasi belajar.
Pasalnya, aku memiliki mimpi ingin membuka restoranku sendiri. Apa pun yang menjadi kesukaanku selalu mendapat dukungan dari orang tua, tak terkecuali mencoba untuk menjadi sukses walau merintis dari awal.
Di kelas memasak ini hanya aku satu-satunya cowok yang ikut serta. Walau bersaing dengan para ibu-ibu muda, aku tidak peduli, merasa masih memiliki usia jauh dari pada mereka, aku harus lebih unggul dari pada mereka.
Setelah tiga minggu berlatih, sampailah diminggu keempat untuk ujian membuat kue. Aku memiliki seorang guru memasak yang handal, Dinda namanya.
Dinda adalah satu-satunya janda diantara para ibu muda yang mengikuti kelas masak.
BACA JUGA: Aku Sikat Bupati Janda Itu Sebelum Duduk di Pelaminan
Walau begitu, dia yang memiliki kemampuan memasak dengan cita rasa paling nikmat yang pernah aku rasakan.
Hari itu ujian dimulai, aku berkonsentrasi keras untuk membuat kue dengan rasa dan tampilan yang menarik.
Setelah dua jam setengah melakukan pengerjaan, akhirnya aku selesai juga dengan karyaku.
"Andihh...," panggil Dinda, sambil menggoyangkan dadanya yang cukup besar dengan raut wajah manja.
"Ya, kenapa mbak?," tanyaku, sambil sibuk membersihkan tangan dari krim bekas hiasan kue.
"Ayo ikut aku yuk sebentar," ucap Dinda, sambil menarik tanganku menuju ruang pendingin.
Saat itu aku merasa jantungku berdegub dengan sangat kencang. Pasalnya, desah suara Dinda terkadang membuat aku tidak tahan berada di dekatnya.
Sampai di ruangan pendingin, Dinda mengunci pintu. Ruangan pendingin ini cukup dingin dan gelap, hanya ada beberapa lampu saja di sisi-sisi bagian pojok ruangan.
Dinda masih tidak melepaskan tanganku, dia membawa aku ke salah satu pojok ruangan dekat dengan box-box besar.
"Andi, tolong bukain dong," ucap Dinda dengan tatapan yang membuat aku lemah seketika.
Aku membukanya secara perlahan, setiap kain yang menempel hingga seluruhnya. Rupanya, isi dari box yang dibungkus kain pita tersebut adalah sebuah miniatur kue yang sangat cantik.
Jujur, melihatnya saja aku sangat terpesona. Dinda kembali mengambil tanganku dan membiarkan aku menyentuh dengan lembut bagian indah miliknya tersebut.
Sungguh kue yang sudah diawetkan ini sangat cantik. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News