Cerita Mualaf: Pertama Lihat Kabah Aku Mantap Peluk Islam

14 April 2021 20:50

GenPI.co - Namaku Anastasia Lusia Oktaviani. Dari kecil aku hidup di tengah keluarga muslim. Sementara itu, ibu dan ayahku Katolik. 

Dari kecil aku hidup dengan eyang dan sering diajarin tentang ajaran-ajaran Islam. Aku juga sering ikut puasa, meskipun tidak full satu bulan. 

Teman-temanku juga mayoritas muslim, bahkan mantan pacarku juga muslim. Meskipun aku selalu dimarahi oleh mama saat berpacaran dengan seorang pria muslim. 

BACA JUGACerita Mualaf: Teman-temanku Selalu Meyakinkanku soal Islam

Aku menjadi mualaf saat kuliah semester dua. Saat itu, aku diam-diam minta temanku menemaniku menjadi mualaf. 

Aku pun bertemu dengan seorang Kiai yang memintaku untuk membaca-baca tentang islam agar lebih mantap. Seiring berjalannya waktu, langkahku menjadi seorang muslim semakin mantap.  

Untuk memantapkan langkahku, aku pun meminta petunjuk kepada Allah. Saat itu, aku bermimpi berada di sebuah lapangan yang luas dan di depanku ada ka’bah, sementara aku diapit oleh dua orang mengenakan baju serbaputih.

Perjalananku setelah menjadi mualaf memang berat, karena harus menghadapi konflik internal keluarga. 

Namun, dengan kekuatan doa akhirnya rintangan itu bisa aku lalui. Alhamdulillah sekarang semuanya baik-baik saja, mama sudah menerima keputusanku. 

Tak hanya itu, mama juga sering mengingatkan aku untuk rajin salat dan kakak keduaku juga menyusul menjadi mualaf. Setelah satu tahun jadi mualaf, aku memutuskan untuk berhijab.   

Uniknya, aku belajar salat pertama kali dengan mama pacarku saat itu. Beliau yang memberikan aku semangat dan sampai saat ini kami masih berhubungan baik. 

Banyak sekali kesulitan yang kualami dalam belajar Islam. Salah satunya membiasakan diri untuk berdoa dengan bahasa Arab. 

Aku belajar membaca huruf hijaiyah dan mencoba menghafal surah-surah Al Qur’an. Namun, karena niat dalam hati semua bisa aku lalui. 

Pertama kali menjalankan ibadah puasa setelah jadi mualaf rasanya sulit sekali. Sebab, aku harus bangun pagi, menyiapkan makanan sahur sendiri di tengah prahara keluargaku saat itu. 

BACA JUGACerita Mualaf: Puasa Pertama, Buka Kulkas, Hampir Saja

Namun, lama-lama aku terbiasa dengan tradisi Ramadan yang menyejukkan.

Aku juga bersyukur dengan keadaanku yang sekarang. Terlebih dengan kehadiran suami dan anakku. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co