GenPI.co - Pengamat kebijakan publik Fernando EMaS merespons soal meningkatnya impor baja sebesar 66 persen pada rentang Januari-Agustus 2021 dibanding periode yang sama pada 2020.
Fernando mengatakan, meningkatnya impor baja bahan baku tersebut menunjukkan bahwa industri nasional sebenarnya mampu bergeliat pada masa pandemi Covid-19.
Selain itu, ekspor produk baja juga meningkat tajam dibanding periode yang sama dan bahkan mencapai lebih dari 1.500 persen.
"Angka itu belum memperhitungkan nilai tambah yang diperoleh sektor industri penggunanya, juga substitusi impor pada produk turunannya. Ini yang seharusnya dianalisis," kata Fernando kepada GenPI co, Senin (20/9).
Fernando mengatakan, di tengah fenomena kenaikan impor baja pada paruh pertama tahun 2021, neraca perdagangan baja nasional justru mengalami surplus sebesar USD 2,7 miliar.
Begitu pula dengan perdagangan besi yang pada semester 1 tahun 2021 berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 18,3 persen.
Angka tersebut jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya tercatat sebesar 7,01 persen.
Fernando lantas menganggap bahwa impor dilakukan untuk indikasi menciptakan nilai tambah produk besi dan baja.
Ia pun menyoroti Krakatau Steel dalam permasalahan ini.
"Persoalan impor baja ini adalah bentuk kegagalan Krakatau Steel yang tidak mampu menyediakan bahan baku baja di dalam negeri," katanya.
Padahal, investasi yang ditanam di BUMN ini sudah triliunan rupiah.
Menurut Fernando, kinerja Krakatau Steel ini patut dipertanyakan, karena seharusnya mereka mampu melihat peluang dan mampu defisit impor baja nasional. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News