GenPI.co - Amerika Serikat pada hari Kamis (2/7) menambahkan Turki ke daftar negara yang terlibat dalam penggunaan tentara anak-anak selama setahun terakhir.
Masuknya sekutu NATO itu untuk pertama kalinya dalam daftar tersebut kemungkinan akan semakin memperumit hubungan antara Washigton dan Ankara.
Departemen Luar Negeri AS menetapkan dalam Trafficking in Persons (TIP) 2021 bahwa Turki memberikan "dukungan nyata" kepada divisi Sultan Murad di Suriah.
Itu adalah sebuah faksi oposisi Suriah yang telah lama didukung oleh Ankara dan sebuah kelompok yang menurut Washington direkrut dan digunakan sebagai tentara anak.
Tidak ada reaksi langsung dari Turki terkait langkah tersebut.
Dalam telepon singkat dengan wartawan, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri juga merujuk pada penggunaan tentara anak-anak di Libya.
Dia mengatakan Washington berharap untuk bekerja dengan Ankara dalam masalah ini untuk mengatasinya.
"Terkait dengan Turki khususnya ... ini adalah pertama kalinya seorang anggota NATO terdaftar dalam daftar tindakan pencegahan tentara anak," kata pejabat Departemen Luar Negeri itu.
Sebagai pemimpin regional dan anggota NATO yang disegani, pejabat itu mengatakan Turki memiliki kesempatan untuk mengatasi masalah perekrutan anak-anak sebagai tentara.
Turki telah melakukan tiga operasi lintas perbatasan di Suriah melawan apa yang disebut Negara Islam, serta milisi Kurdi yang didukung AS.
Negara itu juga telah sering menggunakan faksi pejuang Suriah bersenjata di atas pasukannya sendiri.
Beberapa dari kelompok ini telah dituduh oleh pembela HAM dan PBB tanpa pandang bulu menyerang warga sipil dan melakukan penculikan dan penjarahan.
PBB telah meminta Ankara untuk mengendalikan pemberontak Suriah ini sementara Turki menolak tuduhan itu, menyebutnya sebagai ‘'tidak berdasar'.
Turki, melalui proksi dan angkatan bersenjatanya sendiri, juga terlibat dalam konflik Libya.
Dukungan Ankara telah membantu pemerintah yang berbasis di Tripoli membalikkan serangan 14 bulan dari pasukan timur yang didukung oleh Mesir dan Rusia.(Reuters)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News