GenPI.co - Israel bersumpah tidak akan mengubah kebijakannya meledakkan rumah orang-orang Palestina yang dituduh melakukan tindakan terorisme.
Pernyataan muncul ketika ayah dari seorang korban teror mengaku terkejut atas kritik Amerika Serikat baru-baru ini atas penghancuran rumah pembunuh putranya.
"Kami melakukan apa yang baik untuk Negara Israel," kata Menteri Komunikasi Yoaz Hendel dari partai New Hope kepada penyiar publik Kan dikutip Minggu (11/7).
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pekan lalu melontarkan kritik yang jarang terjadi di Israel atas penghancuran rumah seorang warga Palestina-Amerika.
Warga bernama Muntasir Shalabi itu dicurigai terlibat dalam serangan penembakan di Tepi Barat yang mematikan pada bulan Mei.
Kritik itu menandai kemungkinan titik gesekan di tengah upaya antara Washington dan Yerusalem.
Penghancuran rumah adalah tindakan hukuman kontroversial yang menurut lembaga keamanan Israel dapat mencegah serangan teror di masa depan.
Pembongkaran dilakukan meskipun ada sejumlah tantangan hukum terhadap keputusan tersebut.
Shalabi dituduh membunuh mahasiswa Israel Yehuda Guetta dan melukai dua lainnya dalam serangan penembakan.
"Kebijakan pemerintah baru jelas tentang pelanggaran kedaulatan dan penanganan terorisme," kata Menteri Hendel.
Namun dia menambahkan ketidaksepakatan itu tidak menyebabkan keretakan antara negara.
“Kadang-kadang kami akan tidak setuju dengan pemerintah Amerika, tetapi pada sebagian besar masalah, kami akan berada di halaman yang sama,” katanya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News