GenPI.co - Uni Emirat Arab (UEA) terkait dengan daftar ratusan nomor telepon Inggris sebagai target potensial untuk spyware Pegasus dari NSO Group Israel.
Beberapa dari kontak tersebut adalah anggota House of Lords atau majelis tinggi dalam Parlemen Kerajaan Bersatu Britania Raya.
Laporan The Guardian Rabu (21/7), ada lebih dari 400 nomor telepon Inggris dalam daftar yang bocor.
Sementara pemerintah utama yang bertanggung jawab untuk memilih target tersebut tampaknya adalah UEA.
Pegasus dapat meretas ponsel tanpa sepengetahuan pengguna, memungkinkan klien membaca setiap pesan, melacak lokasi pengguna, dan memanfaatkan kamera dan mikrofon ponsel.
Menurut The Guardian piranti lunak untuk keperluan mata-mata itu digunakan oleh 40 negara.
Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, penguasa Emirat Dubai, diyakini sebagai klien NSO.
Tahun lalu, setelah perjanjian normalisasi antara Israel dan UEA, harian Haaretz melaporkan bahwa pemerintah Israel secara resmi memediasi penjualan spyware Pegasus ke emirat Abu Dhabi dan Ras Al-Khaimah, serta Bahrain, Oman, dan Arab Saudi.
Menurut The Gaurdian, nomor telepon anak perempuan Sheikh Mohammed, Putri Latifa, muncul di daftar yang bocor.
Putri Latifa mencoba melarikan diri dari negara Teluk yang kaya itu pada tahun 2018 tetapi ditahan oleh pasukan komando di sebuah kapal di lepas pantai India.
Human Rights Watch mengatakan tindakan itu sebagai “penghilangan paksa.”
Nomor telepon mantan istri syekh Putri Haya, putri mendiang Raja Hussein dari Yordania yang melarikan diri ke Inggris setelah sebelumnya mencari suaka di Jerman, juga ada dalam daftar nomor yang bocor.
Jumlah beberapa rekan dari kedua wanita itu, beberapa di antaranya di Inggris, juga terdaftar sebagai target potensial, lapor Guardian.
Nomor-nomor ponsel itu juga termasuk pengacara yang bekerja di sebuah firma yang mewakili Putri Haya.
Ada pula Baroness Uddin, anggota House of Lords yang kemudian mengatakan kepada The Guardian bahwa jika ada mata-mata terhadap anggota parlemen Inggris, itu akan menjadi pelanggaran kepercayaan yang besar yang bertentangan dengan kedaulatan negara itu.
NSO mengklaim bahwa fakta bahwa nomor yang muncul di daftar bocor tidak berarti bahwa itu ditargetkan menggunakan Pegasus.
"Daftar itu bukan daftar target Pegasus atau target potensial. Nomor-nomor dalam daftar sama sekali tidak terkait dengan grup NSO,” kata perusahaan itu kepada The Guardian.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News