GenPI.co - Ratusan diplomat Afghanistan hidup dalam ketidakpastian di luar negeri ketika Taliban tiba-tiba mengambil alih kekuasaan.
Namun pada Selasa (14/9), Taliban mengatakan pada bahwa mereka telah mengirim pesan ke semua kedutaannya yang memberitahu para diplomat untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Penjabat menteri luar negeri Afghanistan Amir Khan Muttaqi mengatakan pada konferensi pers di Kabul pada hari Selasa bahwa Taliban telah mengirim pesan ke semua kedutaan Afghanistan memberitahu mereka untuk terus bekerja.
“Afghanistan banyak berinvestasi pada Anda, Anda adalah aset Afghanistan,” katanya.
Tetapi delapan staf kedutaan yang berbicara dengan syarat anonim, di negara-negara termasuk Kanada, Jerman dan Jepang, menggambarkan disfungsi dan keputusasaan pada misi mereka.
“Rekan-rekan saya di sini dan di banyak negara memohon kepada negara-negara tuan rumah untuk menerima mereka,” kata seorang diplomat Afghanistan di Berlin.
Dia meminta namanya dirahasiakan karena takut apa yang mungkin terjadi pada istri dan empat putrinya yang masih berada di Kabul.
“Saya benar-benar memohon. Para diplomat bersedia menjadi pengungsi,” katanya.
Diplomat itu menambahkan bahwa dia harus menjual segalanya, termasuk sebuah rumah besar di Kabul, dan “mulai dari awal lagi.”
Afzal Ashraf, pakar hubungan internasional dan rekan tamu di Universitas Nottingham Inggris, membeber analisisnya terkait situasi tersebut.
Dia mengatakan, misi Afghanistan di luar negeri menghadapi periode "ketidakpastian yang berkepanjangan" ketika negara-negara memutuskan apakah akan mengakui Taliban
“Apa yang bisa dilakukan kedutaan-kedutaan itu? Mereka tidak mewakili pemerintah. Mereka tidak memiliki kebijakan untuk diterapkan,” katanya.
Dia menambahkan bahwa staf kedutaan kemungkinan akan diberikan suaka politik karena masalah keamanan jika mereka kembali ke Afghanistan.
Taliban, telah berusaha untuk menunjukkan wajah yang lebih berdamai sejak kembali berkuasa.
Juru bicara kelompok itu telah meyakinkan Afghanistan bahwa mereka tidak keluar untuk membalas dendam dan akan menghormati hak-hak orang, termasuk perempuan.
Tetapi laporan penggeledahan dari rumah ke rumah dan pembalasan terhadap mantan pejabat dan etnis minoritas telah membuat orang waspada.
Terkait hal itu, Taliban telah berjanji untuk menyelidiki setiap pelanggaran.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News