Kala Wanita Afghanistan Bela eks Tentara dari Kebengisan Taliban

31 Desember 2021 09:25

GenPI.co - Sebanyak 30 wanita Afghanistan berkumpul dan melakukan protes di  Kabul, Selasa (28/12), menuduh pihak berwenang Taliban diam-diam membunuh eks  tentara pemerintah sebelumnya.

Seorang koresponden AFP melaporkan, Kerumunan berjumlah 30 wanita itu berkumpul di dekat sebuah masjid di pusat Kabul meneriakkan "keadilan, keadilan" sebelum mereka dihentikan oleh pasukan Taliban.

Taliban juga berusaha mencegah wartawan meliput aksi protes yang undangannya disebar via media sosial itu.

BACA JUGA:  Penguasa Arab Saudi Khawatir, Stabilitas Regional Bisa Kacau

Pejuang Taliban menahan sekelompok wartawan dan menyita peralatan dari beberapa fotografer, menghapus gambar dari kamera mereka sebelum mengembalikannya.

Sejak kelompok garis keras kembali berkuasa di Afghanistan pada Agustus, mereka secara efektif melarang protes.

BACA JUGA:  Seruan Keras Korea Utara, Jutaan Tentara Siap-siap

Taliban juga sering melakukan intervensi untuk memblokir demonstrasi menentang aturan Islam mereka yang keras.

Protes itu terjadi beberapa minggu setelah laporan terpisah oleh PBB, Amnesty International dan Human Rights Watch mengatakan ada tuduhan kredibel lebih dari 100 pembunuhan di luar proses hukum oleh Taliban sejak pengambilalihan mereka.

BACA JUGA:  Iran Meluncur ke Luar Angkasa, Negara Barat Jengkel Setengah Mati

"Saya ingin memberitahu dunia, memberitahu Taliban untuk berhenti membunuh. Kami menginginkan kebebasan, kami menginginkan keadilan, kami menginginkan hak asasi manusia," kata pengunjuk rasa Nayera Koahistani.

Dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh pengunjuk rasa Laila Basam, para demonstran meminta Taliban "untuk menghentikan mesin kriminalnya".

Pernyataan itu mengatakan mantan tentara dan pegawai pemerintah rezim lama berada "di bawah ancaman langsung". 

Tindakan tersebut dianggap melanggar amnesti umum yang diumumkan oleh Taliban pada Agustus.

Para pengunjuk rasa juga menyampaikan keberatan terhadap pembatasan yang dihadapi perempuan di bawah pemerintahan Taliban.

Pada akhir pekan lalu, pemerintah mengeluarkan pedoman baru yang melarang perempuan melakukan perjalanan jarak jauh kecuali dikawal oleh kerabat dekat laki-laki.

"Hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia. Kita harus membela hak-hak kita," kata Koahistani.

Rekaman video yang diposting online pada hari Selasa menunjukkan protes perempuan lain yang diadakan di tempat lain di ibu kota yang juga menyerukan agar perempuan diizinkan mendapatkan pendidikan dan kesempatan kerja.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co