YAICI Kembali Lauching Buku Terkait Masa Depan Anak Indonesia

26 Februari 2022 19:30

GenPI.co - Anak merupakan generasi penerus yang harus dijaga, baik kesehatan serta tumbuh kembangnya dengan memberikan asupan yang sesuai dengan usia.

Oleh karena itu penting bagi masyarakat khususnya orang tua untuk mengetahui literasi gizi agar tidak salah memberikan asupan makanan yang baik dalam pola asuh.

Terkait dengan itu, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia (YAICI) mengadakan launching dan bedah buku yang berjudul “Masa Depan Anak Indonesia Terganggu Susu Kental Manis”.

BACA JUGA:  YAICI Kembali Lanjutkan Program Edukasi Gizi Balita

Buku ini dapat membuka wawasan dan pengetahuan semua dan menjadi acuan bagi seluruh pihak, pemerintah sebagai pemangku kebijakan, akademisi serta masyarakat dalam melihat persoalan gizi dan kebiasaan konsumsi susu kental manis oleh anak.

Selain itu, isi buku ini bisa menyadarkan masyarakat bahwa masa depan anak sebagai generasi penerus bangsa harus sama-sama harus dikawal untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang gizi.

BACA JUGA:  Ketua Harian YAICI Beber Pentingnya Sadar Literasi Sejak Dini

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan penulisan buku tersebut berangkat dari hasil penelitian yang dilakukan YAICI bersama para mitra di beberapa daerah di Indonesia.

Bahkan, berdasarkan temuan YAICI di lapangan, Arif mengungkapkan pemahaman masyarakat mengenai gizi di Indonesia sangat mengkhawatirkan.

Hal itu terlihat dari bagaimana persepsi masyarakat mengenai susu kental manis. Dari temuan di 5 Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Maluku dan NTT didapati angka yang cukup tinggi yaitu sebanyak 28,96% masyarakat mengatakan bahwa SKM adalah susu pertumbuhan.

“Bahkan sebanyak 16,79% ibu memberikan kental manis untuk anak setiap hari. Padahal, fakta menyebutkan SKM tidak lah sama dengan susu dan tidak dpat mendukung tumbuh kembang kesehatan anak. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa kandungan gula SKM sangatlah tinggi yaitu 51% - 56% dengan kandungan lemak SKM berkisar 43% - 48% yang artinya produk SKM ini dapat dikategorikan sebagai bukan susu melainkan pemanis dengan perisa susu,” jelas Arif Hidayat kepada GenPI.co, Jumat (25/2)

Sementara itu, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Dra Chairunnisa, M.Kes mengatakan alasan masyarakat masih mengonsumsi kental manis dikarenakan cepat mudah terjangkau di dapat di pelosok-pelosok dan murah.

“Hal ini ada korelasi dengan penelitian kami.” Salah persepsi SKM dikonsumsi oleh masyarakat,” kata Dra Chairunnisa, M.Kes saat memberikan sambutan dalam peluncuran dan didkusi buku “Masa Depan Anak Indonesia Terganggu Susu Kental Manis,” ujarnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co