Propaganda Maut Giring Habib Rizieq dan FPI Terlibat Terorisme

19 April 2021 06:35

GenPI.co - Akhir-akhir ini beredar sejumlah video yang berisi pengakuan dari para terduga terduga teroris. Dalam video tersebut mereka mengaku sebagai simpatisan Front Pembela Islam (FPI) dan Habib Rizieq Shihab. 

Salah satu yang menyita perhatian adalah pengakuan dari terduga teroris bernama Andriawan alias Maliq. 

BACA JUGA: Jika 2 Tokoh Ini Turun Tangan, Anies Baswedan Bisa Jadi Presiden

Dalam video berdurasi 1 menit 28 detik dia mengaku sebagai simpatisan Front Pembela Islam (FPI) dan Habib Rizieq Shihab (HRS). 

"Saya atas nama Andriawan Alias Maliq saya sebagai simpatisan FPI atau HRS saya tergabung dalam grup Yasin Warotip dalam pasca penembakan 6 laskar dan penangkapan HRS, FPI pada bulan Januari 2021," jelasnya. 

Dalam video tersebut, teroris ini juga mengaku mengetahui sejumlah aksi teror yang sudah direncanakan Habib Husein Al Hasny (teduga teroris yang ditangkap di Condet). 

"Saya mengetahui Habib Husein dan tim sudah membeli air keras yang digunakan pada saat ada demontrasi. Saya diperintahkan oleh Agus dan Habib Husein membeli 15 liter aseton atau tiga jeriken untuk bahan pembuatan bom. Dan saya disuruh Zulmi Agus untuk membeli remote sebagai pemicu bahan peledak," ungkapnya.

BACA JUGA: Akun Medsos Ustaz Abdul Somad Hilang, Pakar Hukum: Mulai Diincar

Sementara itu, Teroris bernama Syaiful Basri alias SB (41) yang baru saja menyerahkan diri ke Polisi, juga mengakui lewat video sebagai mantan anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI) pada tahun 1998.

Selain itu, ia mengetahui rencana pembuatan bom yang dilakukan Husein Hasni dan Zulaimi Agus. 

Salah satu pengakuan yang membuat kaget adalah Syaiful Basri mengaku ingin meledakan SPBU karena Habib Rizieq Shihab ditangkap.

"Saya mengetahui dan ikut serta dalam percobaan bahan peledak serta pembuatan sumbu yang dilakukan Zulaimi Agus, Ahmad Junaidi dan Malik," tegas Syaiful Basri melalui video yang beredar pada Jumat (16/4).

Tak hanya itu, Syaiful Basri juga ikut acara sumpah ikrar setia kepada para ulama dan tidak berkhianat kepada kelompok Habib Husein Hasni yang dilakukan di salah satu Musala dekat UIN Tangerang Selatan, Banten.

"Saya ikut dan menghadiri persidangan Habib Rizieq sebanyak tiga kali dengan tujuan memberikan dukungan kepada Habib Rizieq," jelasnya.

Merespons hal itu, Ketua Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhamad Isnur membeberkan ada propaganda untuk menggiring Habib Rizieq Shihab dan Front Pembela Islam (FPI) terlibat dalam aksi terorisme. 

Hal itu diungkapkan Muhamad Isnur, menyusul beredarnya sejumlah video dari para terduga teroris yang menyeret nama Habib Rizieq dan FPI. 

"Ada pengiringan propaganda seolah-olah orang ini bersalah banget, untuk mengaitkan FPI sebagai agenda terorisme dan itu menjadi legitimasi untuk menggiring FPI dan Habib Rizieq," jelas Muhamad Isnur dalam keterangannya, Sabtu (10/4).

Muhamad Isnur membeberkan, seseorang yang menjadi tersangka atau terdakwa tidak akan mau bercerita secara terang-terangan di hadapan publik.  

"Bagi seseorang tersangka atau terdakwa, lazimnya itu adalah tidak menceritakan banyak hal tentang kepentingan dirinya," jelas Muhamad Isnur.  

"Lazimnya itu kalau maling dia tidak akan panjang lebar bercerita di publik bagaimana dia maling, tujuan dia mencuri, dan kenal dengan siapa itu lazimnya seperti itu sebenarnya," lanjutnya. 

Tak hanya itu, Muhamad Isnur pun menyatakan bahwa pola itu sama dengan perkara penyiraman air keras yang menimpa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. 

Pada saat itu, kasus ‘sarang burung walet’ muncul ke permukaan publik, yang disebut-sebut untuk meng-kriminalisasi dirinya. 

"Di dalam kasus Novel Baswedan itu praktik rekayasa pembentukan opini sangat banyak sekali. Bukti-bukti dalam hal lain mengkriminalkan Novel Baswedan," ungkapnya.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan praktik itu terjadi pada Habib Rizieq. Terlebih mantan pentolan FPI itu sedang duduk dalam kursi pesakitan sebagai terdakwa atas sejumlah kasus yang menjeratnya.   

"Dalam hal ini kan HRS seperti musuh negara seolah-olah ya, jadi dimungkinkan proyek-proyek seperti itu. Makanya buzzer punya korelasi, biasanya kalau ada berita ini didukung oleh buzzer atau media-media tertentu. Operasi itu menjadi biasa dilakukan," beber Muhamad Isnur. 

Namun, Isnur tidak dapat memastikan apakah memang ada operasi khusus untuk menggiring Habib Rizieq dan FPI terlibat aksi terorisme. 

"Tapi saya tidak bisa memastikan, apakah ini ada rekayasa atau apa. Tapi di dalam banyak kasus, terjadi hal yang sama. Kasusnya anak Anarko, kasusnya Novel Baswedan. Jadi itu sepanjang sejarah yang kalau mau kita baca, memungkinkan adanya itu," pungkasnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co