Sejak semula ia hanya mau jadi reporter. Lebih khusus lagi: wartawan kriminal. Berkali-kali diberi kesempatan jadi redpel, bahkan wapemred ia menolak. Ia ke mana-mana bermobil.
Ganti-ganti mobilnya. Paling sering Toyota Storm. Pikap dengan ban besar yang kalau jalan kayak ngangkangi mobil-mobil lain. Gagah dan angkuh sekali.
Di hari-hari pertama saya bekerja di "Metro Kriminal" oleh Bang Eel saya ditandemkan dengan Bang Jon. Saya mula-mula senang saja.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Rani Jaringan
Pertama-tama, saya sama sekali buta tentang kota ini. Pada hari pertama Bang Jon ajak saya keliling kota, singgah di Polsek-Polsek dan Polresta. Ia perkenalkan aku sebagai "orangnya".
"Bantu ya, ini orang kita," kata Bang Jon memperkenalkan saya pada polisi-polisi patroli dan yang berjaga di pos.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Tiongkok: Lima Sekawan
"Siap, Ndan!" kata mereka.
Heran saya dan lucu juga rasanya, kok polisi panggil wartawan komandan. Tapi, itulah Bang Jon. Semua wartawan yang kami temui pada hari itu juga memanggilnya komandan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Empat Sekawan
Hari itu, saya juga diajak singgah ke kantor imigrasi. Dari situ saya tahu ia juga jual jasa urus paspor, jadi calolah pokoknya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News