Apa Kalian Mau Bertukar Tempat Denganku Memelihara Makhluk Ini?

Apa Kalian Mau Bertukar Tempat Denganku Memelihara Makhluk Ini? - GenPI.co
Sebuah cerita yang akan menerormu. Jangan membacanya jika tak ingin dia ada di hidupmu (Foto : Haunted Fear)

Pagi hari, gue bangun telat! Jumat pagi, bergegas gue ngebut mandi dan langsung minta antar Mang Ocid, tetangga sebelah rumah yang berprofesi ojek pangkalan untuk mengantar gue. Harusnya sih gue naik angkot, tapi gue gak mau makin telat. 

Sampai di sekolahan, gue menghambur ke kelas. Namun kala ingin melewati lorong menuju kelas, dari ujung lorong, gue berasa aneh. Gue hentikan lari gue dan memandang dari kejauhan. ada sosok aneh di ujung lorong. Meski matahari bersinar cerah, tapi sosok itu samar. Yang bisa gue rekam, dia mengenakan gaun khas Noni Belanda yang roknya mengembang. Bagian rambutnya tersanggul tinggi. Kepalanya jatuh ke arah kiri dan tangannya ke arah depan. Badannya agak membungkuk. 

 

Apa Kalian Mau Bertukar Tempat Denganku Memelihara Makhluk Ini?

Gue gak bisa lihat wajahnya, seperti siluet. Namun mendadak, tangannya bergerak pelan ke arah atas, menekuk pelan dan MELAMBAI KE GUE! Jujur walau merinding, gue dekati dia perlahan. Lagian lorong itu satu-satunya jalan masuk ke kelas gue dan kelas-kelas lainnya. Dekat, dekat, semakin dekat, beberapa langkah lagi semoga gue bisa melihat wajahnya. Tuhan, kuatkan gue, plis! DAN ....

Kamu ngapain? Udah telat jalan pelan-pelan? Takut dihukum? Sana masuk kelas, ujar guru BP, Pak Agus yang sumpah mengejutkan gue. Auto pandangan gue ke dia. Setelah itu, gue balik menghadap arah lorong, dan .... yes, wanita Noni Belanda itu gak ada!

Gue pandangin lagi Pak Agus. Kayaknya ketakutan gue terbaca sama dia. Muka kamu beda, kalau kamu melihat sesuatu, abaikan saja. Tetap doa minta perlindungan Tuhan, kata Pak Agus. 

Dia segera berlalu. Dari kata-katanya, berarti dia memang sudah paham dengan situasi di sekolah ini. Gue pun beringsut ke arah kelas sambil ngerasa aneh. Apakah gue baru aja lihat makhluk gaib? Kok bisa?

Gue ketuk perlahan pintu kelas. Fiuh, untung pas pelajaran Biologi Pak Hanif. Orangnya ramah dan lucu. Apalagi kalau sudah berbicara soal organ reproduksi. Sekelas jadi semangat. Oia, dikarenakan gue dulu sistem Cawu dan bukan semester, pembagian jurusan baru ada di kelas 3 alias kelas 12. Gue dulu dapat jurusan IPA. Nyombong.

Pak Hanif tersenyum ngeliat gue yang keringetan. Dia mempersilakan gue duduk. Anak-anak pada ribet memandangi gue. Dua orang, Irene dan teman sebangkunya, Hani, bisik-bisik sambil ngeliatin gue dengan tatapan aneh. Gue kasih mereka pandangan sengak. Btw, dua anak itu biang kerok di sekolahan. Hobinya adu domba dan bacotnya gak nahan. Dari gue pertama datang ke sekolah ini, cuma mereka yang gak baik sama gue.

Gue melihat ke arah bangku Raden. Kosong. Kemana ya, tuh, anak? Hati gue bertanya-tanya. 

Selama pelajaran Pak Hanif gue gak konsen. Dilanjutkan pelajaran Bu Subrika, Matematika maha killer. Elah, makin ribet hidup gue. Asli hati gue gak tenang. Gue bolak balik nengok ke bangku Raden.

Si Dudung, teman sebangku gue sampai merasa terganggu. Kenapa lu, Vir? Dari tadi gue liat gelisah, kata Dudung.

Si Raden kemana?

Gak paham, deh. Emang kenapa? Jie, naksir, Dudung menggoda gue.

Segala naksir. Enggak, Dung, perasaan gue gak enak aja. 

Emang kenapa, sih? Ada apaan? Kali ini Dudung ikutan serius.

Tiba-tiba, Itu ngapain Dudung sama Vira ngobrol? Kalau mau ngobrol keluar sana. Di sini teman-temannya pada mau belajar, kata Bu Subrika, tenang tapi tegas. 

Gue dan Dudung terdiam menunduk. Langkah kaki Bu Subrika mendekati kami. Gue sama Dudung makin dalam nunduknya. Bu Subrika meletakkan tangannya di atas meja. Gue auto memandangi tangan Bu Sub. DAN, GUE SYOK! ITU TANGAN YANG SAMA! TANGAN YANG MELAMBAI KE ARAH GUE LEWAT JENDELA RUMAH RADEN! Gue langsung dongak kepala menatap wajah pemilik tangan itu. TUHAN! WAJAHNYA BU SUBRIKA TAPI MATANYA PUTIH, KULIT MUKANYA ABU-ABU! TUHAN YESUS TOLONG GUE LAH! SIAPA INI YANG DI HADAPAN GUE! 

Gue nunduk kenceng lagi. Gue pejamkan mata sambil baca doa dalam hati berharap siapa pun yang merasuki Bu Subrika segera pergi. Tak berapa lama, Vira, hey, ibu lagi bicara sama kamu. Kenapa malah merem komat-kamit. Emang ibu setan? Gemuruh tawa seisi kelas terdengar.

Gue dongak kepala lagi dan buka mata. Puji Tuhan, itu beneran Bu Subrika. 

Maaf, bu, kata gue.

Dudung udah sikut-sikutan sama gue.

Kalian berdua ibu hukum. Isi soal latihan di halaman 26 sampai 29 dan halaman 47 sampai 54! kata Bu Sub agak kesal. Kerjakan setelah bel sekolah usai dan langsung taruh buku di ruang guru, di meja saya. Sampai tuntas. Jangan pulang sebelum kelar! 

Buset! Dudung tepok jidat.

Sampai sini gue skip, langsung sekolah usai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya