Catatan Dahlan Iskan: Naik Sepeda

Catatan Dahlan Iskan: Naik Sepeda - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Ketika Ibu Megawati terpilih menjadi Presiden RI, Ibu saya sangat kagum dan bangga, bukan hanya karena Ibu Megawati seorang  wanita tetapi lebih karena Ibu Megawati adalah anak dari seorang Soekarno. 

Bersyukur, Ibu saya tergolong sehat di usianya kini, tidak ada keluhan fisik yang berarti. Hanya satu yang dirasakan, berkurangnya pendengaran. Puji Tuhan, bisa teratasi dengan alat bantu pendengaran.

Daya ingatnya masih sangat-sangat tajam, terutama ketika beliau bercerita tentang masa lalu. Manis-pahitnya bahkan getirnya kehidupan yang dijalaninya. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Singapura: Sendang Pancuran

Kami bertiga (anak-anaknya) selalu senang dan dengan sungguh-sungguh mendengarkan ceritanya. Seperti yang saya rangkum berikut ini: 

Ibu saya merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Figur ayahnyi yang dipanggilnyi dengan sebutan Rama (baca: Romo), ibu dapatkan dari kakak laki-laki tertua. Ibu dan saudara-saudaranyi ditinggal ayah berpulang ketika ibu saya masih kecil.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Testosteron Prostat

Sosok ibunyi yang disebutnya "simbok" sangat berarti dalam kehidupannyi. Berbekal sebidang sawah sambil berjualan suruh (sirih untuk menginang) di pasar, Simbok tetap menjanda dalam membesarkan keempat anak-anaknyi. 

Ketika masih bersekolah di SR (Sekolah Rakyat) ibu saya  terjangkit malaria, penyakit yang menjadi pandemi pada saat itu. Memerlukan waktu 2 tahun untuk pemulihan sampai rambutnya yang rontok kembali tumbuh, sehat, hitam dan lebat.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tentara Menulis

Pulihnya kesehatan ibu   membuat semangatnyi  bangkit. Ingin melanjutkan sekolah tapi bukan di sekolah  yang lama, malu katanyi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya