Gara Gara Tiket Mahal, Presiden Jokowi Pun Kena Sasaran

Gara Gara Tiket Mahal, Presiden Jokowi Pun Kena Sasaran - GenPI.co

Diungkapkan Hariyadi, kenaikan tiket pesawat menyebabkan industri perhotelan turun 20-40%. Sektor UMKM yang produksi souvenir turun drastis, dan orang cenderung outbound ke luar negeri karena lebih murah. “Ini malah membuat devisa keluar,” katanya.

"Di saat presiden mendorong pariwisata berkembang, justru INACA menjadi sumber penghambat baru. Angkasa Pura juga ikut turun sampai 25%," ungkap Hariyadi.

Tahun ini, tingkat hunian kamar hotel berbintang dalam perkiraannya bakal stagnan di kisaran 55 persen, sama seperti tahun 2018. Padahal, tingkat okupansi hotel berbintang pada 2017 bisa mencapai 57 persen.

“Kalau masalah tiket mahal terus terjadi, tingkat okupansi kamar bisa jauh di bawah 55 persen, mungkin sekitar 40 persen,” sambung Hariyadi yang lagi-lagi merasa heran.

Catatan PHRI menunjukkan, jumlah kamar hotel berbintang saat ini mencapai 350.000 unit dan hotel nonbintang sebanyak 310.000 unit. Sementara, jumlah restoran sudah mencapai di atas 100.000 unit.

Sejalan dengan turunnya tingkat okupansi, jumlah penambahan kamar pada tahun ini juga tercatat hanya sekitar 20.000-25.000 unit berbanding dengan realisasi tahun 2018 yang mencapai 28.000 ribu kamar.

Hal ini akhirnya direspon Presiden Jokowi. Presiden mengaku telah menerima banyak keluhan terkait tingginya harga tiket pesawat untuk penerbangan di dalam negeri. Menurut Presiden, tingginya harga tiket pesawat ini karena harga bahan bakar pesawat yaitu avtur di Indonesia ternyata sangat mahal.

“Saya terus terang juga kaget, dan malam hari ini juga saya baru tahu mengenai avtur. Ternyata avtur yang dijual di Soekarno-Hatta itu dimonopoli oleh Pertamina sendiri,” kata Presiden Jokowi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya