# 56 Investasi dan Pembiayaan Pariwisata

# 56 Investasi dan Pembiayaan Pariwisata - GenPI.co
Pariwisata Indonesia.

Contohnya KUR Pariwisata itu selama ini tidak populer. Begitu mendengar KUR maka yang ada di benak kita selalu sektor pertanian atau peternakan. Data OJK menunjukkan penyaluran KUR ke sektor industri pariwisata masih sangat kecil sekitar 3%, jauh lebih kecil dibandingkan pertanian/kehutanan (24%) dan perdagangan (58%). Karena itu saya minta agar KUR Pariwisata dikembangkan agar dikenal luas di kalangan pelaku industri pariwisata.

Contoh lain, RDPT (Reksa Dana Penyertaan Terbatas) yaitu penggalangan dana dengan menggunakan instrumen reksadana untuk membangun properti di sektor pariwisata selama ini juga tidak dikenal. Ketika sektor pariwisata kini menjadi primadona dan tumbuh begitu pesat industrinya, seharusnya RDPT bisa menjadi instrumen investasi yang menarik dengan return yang menjanjikan. 

Begitu juga, pembiayaan perumahan bersubsidi homestay desa wisata harusnya bisa dikembangkan secara luas. Logikanya, kalau ada orang yang membangun homestay harusnya diberikan fasilitas KPR bersubsidi. Kenapa? Karena usaha homestay jelas-jelas usaha produktif dan dinikmati oleh rakyat Indonesia. Aneh kalau ada usaha produktif dan manfaatnya betul-betul dirasakan oleh masyarakat desa tidak diberikan subsidi oleh pemerintah.

Menurut saya, setiap pelaku bisnis khususnya usaha kecil-menengah harus ada bapaknya. Kalau Horeka (hotel-resto-kafe) bapaknya namanya Kemenpar. Kalau warung nasi, bapaknya ada horisontal dan vertikal. Bapak horisontalnya Kementerian Koperasi dan UKM. Bapak vertikal Kementerian Pariwisata. Jadi jangan sampai mereka tidak dibina. Nah, pembinaan itu termasuk dalam hal investasi dan pembiayaan.

Bapak Angkat

Dalam berbagai kesempatan Pak Presiden selalu meminta saya untuk membuat toko oleh-oleh suvenir semacam UKM center. Kita sudah membuatnya di Mandalika, Lombok, yang dikerjakan oleh ITDC, sebanyak 309 kios. Nah, di situ ada unsur pembiayaannya. Bagaimana pembiayaannya?

Kira-kira begini, ke-309 kios tersebut dikoordinasi oleh ITDC. Jadi ITDC berfungsi sebagai bapak angkat bagi UKM-UKM yang mengusahakan kios tersebut. Untuk mendapatkan pembiayaan dari bank, maka yang maju ke bank adalah ITDC karena kalau kios-kios itu maju sendiri-sendiri ke bank pasti akan sangat rumit.

Apa sih kelemahan kebanyakan UKM kita? Kelemahan mendasarnya adalah akses pada lembaga keuangan, karena mereka cenderung informal dan tak cukup punya kolateral. Kalau terus dibiarkan sendiri, mereka tidak akan bisa maju. Maka harus ada yang menjadi bapak angkat. Sama seperti plasma dan inti.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya