# 56 Investasi dan Pembiayaan Pariwisata

# 56 Investasi dan Pembiayaan Pariwisata - GenPI.co
Pariwisata Indonesia.

Kalau kita mendidik UKM-UKM itu harus ahli, maka perlu waktu yang sangat lama, sementara kehidupan harus berjalan terus. Nah, ahlinya biar intinya, plasma mengikuti intinya. Saya inginnya begitu, sambil menjalankan instruksi Pak Presiden, untuk mengembangkan kios-kios itu harus ada semacam pembinanya atau bisa disebut penjamin. Sementara itu kita tetap melakukan pendidikan dan pembinaan kepada para UKM tersebut untuk jangka panjang.

Di samping itu, di internal kios-kios itu harus disediakan aplikasi-aplikasi sederhana seperti aplikasi ERP (Enterprise Resource Planning) sederhana, CRM (Customer Relationship Management) sederhana, point of sales (POS), agar inventori ter-update, cash flow ter-update. Saya membayangkan ITDC yang menyediakan. Satu sistem untuk 300-an kios. Dengan manajemen yang modern dan profesional, maka kios-kios tersebut akan mudah berhubungan dengan bank dan memiliki bargaining position yang tinggi dalam berhadapan dengan bank.

Saya juga menginginkan ITDC memainkan konsep Planet, People, Prosperity (3P) atau Environment, Community, Economy (ECE) dengan cantik. Bangunlah dulu People-nya. Contohnya di Mandalika, satu hotel pun belum jadi, tapi masjidnya sudah jadi duluan. UKM center-nya sudah jadi duluan. Begitu juga dengan di Danau Toba, saya minta dibangun dulu Desa Sigapiton. Di Borobudur saya minta dibikin UKM Center, saya minta satu kavling untuk UKM. DI Tanjung Kelayang kita ada 5000 m2 untuk membangun homestay.

Ini strategi baru. Dari konsep 3P itu utamakan dulu People dan Community-nya dulu sebelum membangun yang lain. Saya katakan, kalau kita tulus ke Community, maka kita akan mendapat dua imbalan: pertama, pahala dari Tuhan. Kedua, nanti social cost-nya akan rendah, nggak akan ada demo.

Operational vs Non-Operational Return

Hal terakhir yang menarik terkait dengan investasi dan pembiayaan adalah adanya operational return dan non-operational return dalam investasi di sektor pariwisata. Dalam dunia investasi return itu ada dua: investment yield itu adalah operational return; dan capital gain adalah non-operational return.

Contohnya kita beli rumah Rp 100 juta kita sewakan Rp 5 juta per tahun, maka operational return-nya 5%. Tapi return-nya tidak cuma dari situ, tapi juga dari naiknya harga tanah. Misalnya harga tanah naik 10%, jadi total return-nya 15%. Return dari kenaikan harga itulah yang disebut non-operational return.

Di industri pariwisata, saya menduga operational return-nya kecil, saya memperkirakan net profit margin sekitar 10%. Net profit margin 10% rendah nggak, tinggi juga nggak, nanggung. Maka ada anekdot: “Kalau mau kaya jangan usaha di hotel. Tapi kalau sudah kaya kita harus punya hotel.” Artinya bisnis ini kurang menarik, kalau hanya dilihat dari operational return-nya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya