#37 Brand Management Pariwisata

#37 Brand Management Pariwisata - GenPI.co
Membangun brand

Jor-joran mengelontorkan duit untuk membangun brand juga dilakukan digital company yang sekarang sedang naik daun. Ambil contoh Traveloka. Dari bangun tidur kita sudah lihat iklan Traveloka di TV, buka handphone ada iklan pop-up Traveloka, nonton bola liga nongol logo Traveloka, dimana-mana brand Traveloka hadir. Traveloka bahkan menduduki peringkat kedua sebagai brand dengan pengeluaran iklan tertinggi menurut Nielsen, dimana selama periode Januari-September 2017 sudah menghabiskan hampir Rp 900 Miliar untuk memasang iklan.

Walaupun belum punya data persisnya, saya yakin bahwa brand-brand startup digital yang kini sedang meroket seperti Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, atau Gojek sebagian besar investasinya adalah untuk membangun brand melalui promosi besar-besaran. Saya punya keyakinan, kalau melihat laporan keuangannya, bisa jadi berbagai startup tersebut 60-70% operational expenditure-nya adalah untuk promosi.

Di Kemenpar sendiri saya sadar sejak awal bahwa membangun brand Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia adalah prioritas nomor satu. Untuk itu anggaran terbesar kita adalah untuk promosi baik berupa branding, advertising maupun selling (BAS).

Kenapa saya ngotot brand Wonderful Indonesia hadir di Time Square New York, di taksi-taksi kota London, di CNN dan NatGeo, atau di bus-bus kota kota Paris selama Piala Eropa 2016?  Tujuannya tak lain agar brand pariwisata kita mendapatkan awareness di kalangan audiens global. Investasi untuk membangun brand Wonderful Indonesia tersebut sangat mahal, namun menghasilkan exposure global yang sangat dahsyat.

Syukur Alhamdulillah, setelah di dua tahun pertama kepemimpinan saya kita menggenjot habis-habisan promosi Wondeful Indonesia hasilnya luar biasa. Kinerja brand Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia naik siknifikan terbukti dari naiknya peringkat kita di Travel & Toursim Competitiveness Index (TTCI) dan dimenangkannya berbagai penghargaan seperti UNWTO Award, ASEANTA Award, World Halal Tourism Award, dan lain-lain.

Apakah setelah kinerja brand kita melonjak luar biasa kita kemudian berhenti berpromosi? Sama sekali tidak. Kita tetap terus menggenjot promosinya, tapi dengan penetapan prioritas. Kalau di dua tahun pertama anggaran kita fokuskan ke promosi untuk branding, maka di tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya promosi akan kita arahkan ke advertising dan selling. Tujuannya agar conversion rate-nya lebih tinggi, artinya anggaran promosi yang kita keluarkan betul-betul efektif menghasilkan banyak wisatawan yang masuk ke Indonesia.

Ingat membangun brand itu adalah never-ending journey, harus terus-menerus kita lakukan tanpa kenal berhenti. Dengan begitu maka brand kita akan lestari dan tetap awet selama belasan, puluhan, bahkan ratusan tahun seperti halnya Nike, Coca Cola, atau GE.  

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News