#31 Speed

#31 Speed - GenPI.co
Speed

Beberapa bulan terakhir Presiden makin getol mengingatkan kita semua mengenai pentingnya speed sebagai sumbercompetitiveness suatu negara. Pertama pada saat Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kemaritiman di Sasana Kriya, TMII, Kamis 4 Mei 2017. “Persaingan antarnegara, bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil, ndak. Bukan juga yang kuat mengalahkan yang lemah. Tetapi negara yang cepat, mengalahkan yang lamban. Negara manapun itu,” ujar Presiden.

Kedua, saat beliau meresmikan Pangkalan Udara TNI AU Wiriadinata Tasikmalaya, Jawa Barat menjadi bandara umum, Sabtu, 10 Juni 2017. Di situ Presiden sekali lagi menekankan bahwa kecepatan dalam menyelesaikan persoalan negara sangat penting. Sebab kecepatan tersebut menjadi modal dalam persaingan antar negara.

Dan terakhir pada saat meresmikan proyek-proyek infrastruktur di Jawa Tengah 18 Juni 2017 lalu, Presiden meminta para pemimpin daerah untuk menciptakan terobosan baru agar tidak tertinggal oleh negara lain. Presiden, tak ingin ada pemimpin daerah yang masih memiliki pikiran linier, monoton, maupun hanya berpikir rutinitas semata. “Semuanya harus berlomba-lomba adu kecepatan. Karena sekali lagi, negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Kita tidak mau kalah dengan negara-negara lain.’

Kita tentu masih ingat, tahun 2016 kemarin ditetapkan oleh Presiden sebagai “Tahun Percepatan”. Kala itu Presiden menegaskan bahwa salah satu fokus kebijakannya adalah deregulasi (di samping infrastruktur dan SDM) agar para pelaku bisnis tak terbelenggu aturan-aturan dan birokrasi.

Sejalan dengan penekanan dari Presiden, kita telah menetapkan speed sebagai salah satu elemen budaya kerja kita yaitu WIN Way. Untuk membentuk karakter pemenang Speed adalah elemen kunci di samping dua elemen yang lain yaitu Solid dan Smart. Intinya, speed adalah bertindak secara cepat dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Ingat, kecepatan merupakan sumber terwujudnya kualitas pekerjaan yang tinggi, pemangkasan biaya, dan ketepatan penyampaian produk ke pelanggan (QCD: quality, cost, delivery).

Speed di Kemenpar saya artikan sebagai kecepatan dalam berpikir (fast thinking), kecepatan dalam memutuskan (fast decision), dan kecepatan dalam masuk ke pasar (fast in getting to market) dengan menyingkirkan belitan-belitan birokrasi yang ada. “Simplify the complex things.” Sederhanakan sesuatu yang rumit agar kita bisa bergerak cepat. 

Deregulasi

Mengacu pada konsep Strategi Bersaing dari Michael Porter yang terdiri dari 4 (empat) aspek yaitu : differentiation, cost leadership, speed dan focus; dapat disimpulkan bahwa pariwisata Indonesia unggul dalam aspek differentiation, cost leadership dan focus, namun lemah dalam aspek speed. Dalam hal diferensiasi dan fokus, negara kita sangat bagus, hal ini ditunjukan dengan ranking Natural dan Cultural Resource kita pada Travel and Tourism Competitiveness Index(TTCI) WEF selalu menempati Top-20, demikian juga dengan ranking cost leadership selalu menempati posisi Top-5. Namun kita lemah dalam aspek speed, hal ini ditunjukan dengan dimensi Business Environment masih pada ranking 60 dan yang menjadi penyebab utamanya adalah perizinan atau regulasi. Harus diakui kita sangat lemah karena birokrasi yang mengikat dan begitu banyaknya aturan. Birokrasi kita tidak sesuai dengan tuntutan bisnis yang ada. Oleh karena itu, tidak bisa tidak, kita harus melakukan deregulasi. Poin saya, kita harus meningkatkan speed agar bisa bersaing dengan negara lain. Kalau Indonesia terus lelet karena belitan birokrasi dan regulasi, maka orang akan pergi ke Singapura, Thailand, Malaysia, dan bahkan Vietnam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News