
Maaf, selama memimpin saya tidak suka memiliki program yang terlalu banyak. Tetapkan saja tiga yang utama. Kerjakan dulu “yang utama” sebelum mengerjakan lain-lain yang tidak utama. Jangan sampai kita telah mengerjakan semuanya kecuali yang justru utama.
Gampang saja saya mengetahui apakah kita sudah mengutamakan yang utama atau belum. Tandanya, apakah kita hapal di luar kepala hal-hal yang utama itu atau tidak. Kalau kita hapal di luar kepala, besar kemungkinan kita sudah mengutamakan yang utama. Coba bayangkan, ada seseorang jago silat tetapi dia tidak hafal jurusnya, karena begitu banyaknya jurus yang dia kuasai. Berapa program utama kita. Kalau tidak bisa menjawab secara langsung, kemungkinan besar kita salah. Itu karena terlalu banyak program di kepala kita. Kalau kita menginginkan semuanya, kita tidak akan dapat semuanya.
Untuk itu dalam membuat program kerja Kemenpar di tahun 2017 ini, saya menetapkan 10 program prioritas dengan program utama ada 3 (top three) yaitu digital tourism, homestay, dan aksesibilitas udara.
Pertama, Digital Tourism. Kenapa kita harus Go Digital? Tak lain karena konsumen kita sudah berubah jauh perilakunya menjadi semakin digital, apalagi jika Gen Y (milenial) dan Gen Z semakin besar jumlah dan pengaruhnya. Kini kita mengenal istilah “always-connected travellers”, di manapun dan kapanpun mereka saling terkoneksi dengan adanya mobile apps/devices. Ingat, jika kita tak berubah mengikuti perubahan konsumen, kita pasti akan mati. Tiga inisiatif stratejik dalam program Digital Tourism ini adalah War Room M-17 Dashboard, Customer Information System (Look, Book, Pay) dan ITX. Saya sudah membahas hal ini secara mendalam dalam CEO Messages sebelumnya.
Kedua, Homestay Desa Wisata, kita perlu terobosan dalam menyediakan akomodasi. Ingat, hasil yang luar biasa hanya bisa diperoleh dengan cara yang tidak biasa. Terobosan yang bisa kita lakukan adalah dengan membangun homestay desa wisata. Karena skalanya kecil, untuk desa wisata membangun homestay akan lebih mudah dan lebih fleksibel dibandingkan membangun hotel. Pembangunan homestay desa wisata juga bisa tersebar di berbagai destinasi wisata di seluruh pelosok Tanah Air karena nantinya homestay desa wisata tersebut akan dimiliki oleh masyarakat di sekitar destinasi wisata.
Kita akan menjadikan pembangunan 100 ribu homestay desa wisata yang akan kita mulai tahun ini sebagai momentum untuk mendorong terwujudnya more for less tourism, dengan prinsip you get more you pay less. Seiring dengan pembenahan access dan digitalisasi melalui platform ITX, kita ingin menjadikan homestay sebagai katalisator bagi terwujudnya pariwisata sebagai basic needs.
Ketiga, Aksesibilitas Udara. inilah PR yang harus kita tuntaskan. Visi mendatangkan 20 juta wisman hanya sekedar mimpi belaka jika kita tidak mampu menyelesaikan masalah aksesibilitas udara di tahun 2017. Tahun ini kita defisit 4 juta seat untuk memenuhi target jumlah 15 juta wisman. Selama beberapa bulan terakhir saya bersama Pak Judi Rifajantoro dan rekan-rekan terkait begitu agresif melakukan road show ke berbagai maskapai penerbangan dan stakeholders terkait. Beberapa hasil awal sudah kita peroleh, namun masih banyak hal lain yang harus terus kita perjuangkan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News