Aku Menelan Ludah, Doi Menolakku Mentah-Mentah

Aku Menelan Ludah, Doi Menolakku Mentah-Mentah - GenPI.co
Ilustrasi: Freepik

“Gue gak tau musti ber-reaksi apa”, katanya lirih.

“Mungkin dengan tanggapan jujur apa perasaan Lo soal perasaan gue”.

Dia tak bisa langsung menjawabnya. Ada banyak pemikiran yang bisa kubaca dari mimik dan bahasa tubuhnya. Ada enggan di tatapan matanya. Ada ragu di kedut bibirnya yang samar kutangkap.

BACA JUGA:  Keluar 4 Kali dengan Janda Muda, Aku Kewalahan

“Maaf, Ra. Lo baik banget ama gue. Baik banget. Dan itu yang bikin gue ngerasa gak enak untuk bilang bahwa perasaan Gue ke Lo sayangnya gak sama”, akhirnya.

Aku tersenyum. Tulus, kuraih pergelangan tangannya.

BACA JUGA:  Aku Kaget, Mantan Pacarku Kini Jadi Janda Muda, Oh…

“Gapapa. Gue justru lebih menghargai kejujuranmu sekarang. Aku bisa jadi akan lebih murka kalo di kemudian hari gue tau kalo Lo nanggepin baik omongan gue sekarang hanya karena alasan balas budi”, sergahku.

“Jadi, kita masih bisa berteman baik?”, tanyanya. Aku merasakan sedikit nada khawatir dalam omongannya.

“Oh come on. Kita sudah gak di umur segitu untuk membahas perkara seperti itu deh, Fer. We are two adults, sitting here talking about our feeling. Ya iyalah kita tetep bisa berteman baik”.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya