Dear Diary

Diam-diam Aku Bergairah dengan Sahabatku Sendiri

Diam-diam Aku Bergairah dengan Sahabatku Sendiri - GenPI.co
Aku mencintai sahabatku sendiri. (Foto: eHarmony )

Ardi menarik kakiku dengan kasar, kebiasaan.

“Bangun, pemalas!!! Kita ada jadwal ke Gili Meno hari ini!!!”.

Aku Cuma menyingsingkan mata sedikit, melihat dia yang sepertinya sudah siap melompat ke perahu yang akan membawanya ke pulau tetangga. Entahlah, aku sedang malas melihatnya.

“Aku nggak ikut! Aku malas kemana-mana hari ini! Kamu aja deh, yang pergi!”, sambil menarik kembali selimut dan memeluk guling erat, meringkuk.

“Ah payah kau, ah. Liburan bareng ngapain perginya sendiri-sendiri gini?!”, dia menyibak selimutku, masih berusaha.

“Payah?? Pergi sendiri?? Terus apa kabar semalam?? Atau itu bukan “sendiri” bagi kamu, Di?”, aku sudah duduk, menatapnya.

“Astaga… perkara semalam kau jadikan masalah??”, dia terheran-heran dengan ekspresiku, mungkin.

“Kalau bukan masalah buat kamu, ya sudah lah sana, pergi saja. Aku sedang ingin berbaring saja di kamar ini, hari ini!”, aku menarik selimut sampai menutupi kepalaku.

“Serah kamu, lah. Aku pergi!”, dan dia benar-benar pergi. Menutup pintu dengan suara yang sedikit lebih keras dari biasanya. Dan kali ini bantal tidurku yang melayang ke arah pintu.

BACA JUGA: Arka Sayang, Kenapa Kamu Melupakanku? Aku Benci Tapi Juga Rindu

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya