Dear Diary

Diam-diam Aku Bergairah dengan Sahabatku Sendiri

Diam-diam Aku Bergairah dengan Sahabatku Sendiri - GenPI.co
Aku mencintai sahabatku sendiri. (Foto: eHarmony )

“Masih marah gara-gara semalam??”, Ardi duduk di hadapanku. Di teralis teras kamar setelah dia membersihkan diri.

“Sudahlah, nggak usah dibahas. Gimana Gili Meno?”, kataku datar sambil meneguk sekaleng beer.

“Aku nggak kesana, koq. Cuma berenang di pantai depan”, katanya ringan sambil meneguk beer dari kalengku.

“Heh… kenapa nggak jadi?”.

“Ke sana sendirian padahal rencananya kita pergi bareng?? Malas sekali!”, katanya sambil santai berpindah duduk ke kursi rotan disebelahku.

Oh my… baru terasa betapa konyolnya kemarahanku yang tak beralasan!

Dan aku tak bisa bicara lagi. Tak menjawabnya.

“Ntar malam kutraktir makan, yah. Anggap saja sebagai penebusan kesalahanku yang entah dimana letaknya, semalam”, kata Ardi.

“Emmmm…”, aku ingin menolak. Bukan karena tak ingin. Tapi dia tak perlu meminta maaf seperti itu, khan?! Justru aku yang dirundung perasaan bersalah.

“Halah sudahlah, nggak usah nolak. Ntar jam 7 malam sudah siap cabut. Aku mau tidur sore. Bangunkan aku jam 6.30 nanti, ya” katanya sambil beranjak masuk ke kamar.

Oh Ardi… beruntungnya “dia” yang menjadi objek cerita cintamu…

Antara iri, masih mendendam dan kesal tanpa alasan, dan menyesali tindakan bodohku, sebagai temannya.

BACA JUGA: Kisah Don Juan yang Tega Menghamili Teman Pacarnya

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya