Pantai Saksi Bisu Cinta Sejatiku

Pantai Saksi Bisu Cinta Sejatiku - GenPI.co
Ilustrasi pasangan kekasih di pantai. Foto: Rido81/Elementsenvato

“Bukan itu maksudku, Ri. Jangan pojokkan aku dengan pertanyaan konyol seperti itu,” aku mengubah posisi dudukku, sedikit menyamping ke arahnya yang masih bergeming memandang buih.

“Jika tidak, kenapa kau harus menangisi keadaan hanya karena satu lagu konyol seperti itu? Apa sebuah ikatan bagimu harus diucapkan dengan gegap gempita? Harus semua orang tahu? Padahal bukankah urusan cinta cukup kita saja yang merasakannya? Lebih banyak orang yang tak bisa mengerti rasa di antara kita, Ra”.

Aku hanya bisa tertunduk. Tak tahu harus berkata apa.

“Kau menginginkan sebuah status di pikiran orang-orang sekitar kita? Hanya jika memang itu membawa sesuatu yang positif untuk kita, aku bisa kalau kau memang menginginkannya, Ra”, cecarnya.

“Atau kau menitikberatkan pada kata selamanya dalam lagu itu? Kalau memang iya, kenapa tak kau katakan padaku?”, lanjutnya.

“Aku… aku…,”

Dia menggenggam tanganku, erat. Kuat.

“Aku tak bisa menjanjikan kata selamanya itu jika kau sendiri masih terjebak pada pikiran seperti ini. Jika saja kau berani memintanya, mungkin aku akan menyanggupinya. Karena aku sendiri sudah yakin, bahwa jika cinta itu memang nyata, maka itu adalah kamu adanya”, dia menatapku, dalam keseriusan yang dipenuhi binar cinta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya