Nostalgia dalam Dekap Sejuk Udara Batu

Nostalgia dalam Dekap Sejuk Udara Batu - GenPI.co
Jatim Park 2, Batu, Jawa TImur.

Hari kedua, Jumat 14 Juni perjalanan wisata nostalgia ini membawa kami ke 2 wisata andalan, yakni Kusuma Agrowisata Park dan Jatim Park 2. Pagi itu kami juga langsung check out dari penginapan tersebut. Secara umum, mini hostel ini cukup recommended, terutama untuk kamu yang hanya ingin singgah sementara waktu. Tempatnya bersih, ada satu kamar mandi dan dapur. Kamarnya tak terlalu luas namun nyaman, tergantung variasi kamar yang dipilih. Pesanku, sebaiknya lakukan booking 2 minggu sebelum agar bisa memilih kamar dengan view terbaik, yakni lantai dua. Tapi, sekali lagi, terimakasih ‘Backpacker Hostel’.

Kami langsung bergegas ke Kusumo Agrowisata yang tak jauh dari penginapan. TIba di sana, nasib berkata lain. Ternyata wisata petik apel sedang tutup lantaran musim panen apel sudah lewat. Diperkirakan musim panen ini mulai pada awal April lalu, dan ada lagi pada awal Agustus. Saat itu hanya petik jambu, jeruk dan belimbing saja yang tersedia. Tak apa, akhirnya kami balik badan  arah  ke kawasan Jatim Park 2, yang letaknya hanya 15 menit dari wisata Agrowisata ini.  

Jatim Park 2 merupakan pengembangan dari Jatim Park 1. Bahkan sekarang sudah ada Jatim Park 3. Ketiganya berada di kawasan yang berbeda, namun saling berdeketan. Kami memilih Jatim Park 2, karena ada objek Batu Screet Zoo (BSZ), Museum Satwa dan Eco Green Park yang pamornya tak luntur hingga sekarang. Tiket masuk tergantung paket yang diambil. Saat itu kami memilih paket A, dengan tujuan ke BSZ dan Museum Satwa. Harga tiket Rp 120 ribu per orang. Kedua tempat ini sangat cocok untuk para orang tua yang ingin mengajak anak liburan, karena bisa mengenalkan aneka satwa langka. 

Museum Satwa merupakan bagian dari Jatim Park 2. Museum ini menampilkan satwa-satwa yang diawetkan dari berbagai negara diseluruh benua, seperti benua Amerika, Afrika, Asia, Australia, Eropa, Artik, dan Antartika. Menurut info binatang yang diawetkan itu memang yang sudah mati, jadi bukan diburu atau dibunuh untuk diawetkan.

Kisah-kisah  My Trip Story lainnya

Cintaku Tertambat di Takabonerate 

Bali, Kucicipi Indahnya Pesonamu 

Dhaup Ageng, Keramahan & Kesederhanaan Budaya Monarki Pakualaman 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya