Kisah Mualaf: Ibuku Datangkan Ustaz untuk Prosesku Masuk Islam

05 Mei 2021 16:45

GenPI.co - Aku lahir di keluarga yang berbeda agama. Tumbuh dan besar di keluarga ini membuatku memahami akan indah dan pentingnya toleransi. 

Cinta yang menyatukan keluarga ini membuatku percaya bahwa perbedaan bukan sebuah perpecahan.

Aku ingat, saat aku memutuskan untuk menjadi mualaf, Ibu yang masih di agama sebelumnya sama sekali tak menunjukkan kemarahan.

BACA JUGAKisah Mualaf: Lingkungan Majemuk, Aku Berlabuh di Pelukan Islam

Secara logika, tentu tak ada yang ingin anaknya berpindah agama dan berbeda dengan dirinya. Namun, ibuku justru mendukungku sepenuhnya.

Hal itu yang membuat hari-hari menuju syahadat begitu berarti bagiku.

Ibuku sangat mengizinkan aku menjadi mualaf, bahkan seperti membuka pintu selebar-lebarnya.

Seluruh persiapan menuju mualaf, diatur dan dipersiapkan oleh ibuku.

Di momen seperti ini, mendadak ibuku memberiku nasihat dan harapan yang begitu berkesan.

"Ibu percaya, di agama barumu nanti, kamu bisa jadi orang yang lebih baik," ucap ibu kepadaku.

Ucapan ibu bukan hanya manis di mulut. Orang yang melahirkanku itu langsung menyiapkan segala hal menuju proses aku memeluk Islam.  

Ibuku mulai mencari ustaz terbaik untuk membimbingku ke dalam agama Islam, sekaligus melakukan prosesi mualaf.

Pilihan ibuku akhirnya jatuh ke imam masjid Agung di Cilacap.

Setelah itu, ibuku mulai mempersiapkan proses syahadat di rumah, sekaligus acara syukuran.

Ibuku pergi ke pasar dan mempersiapkan sejumlah makanan sebagai bentuk rasa syukur.

Pokoknya dari A sampai Z tak ada yang terlupa. Ayah, yang sudah sedari awal beragama Islam juga tak kalah antusias mendukungku menjadi mualaf.

Kalau mengingat-ingat hari itu, aku merasa jadi wanita yang beruntung bisa dilahirkan di keluarga ini.

Keputusanku menjadi mualaf ternyata didukung penuh. Inilah yang membuatku begitu semangat menjalani ibadahku sebagai seorang muslimah.

BACA JUGAKisah Mualaf: Indahnya Kasih Sayang Allah saat Salat Pertama

Bagaimanapun, keputusan tanpa ridho orang tua akan percuma. Akan tetapi, aku justru mendapatkannya dengan cara yang begitu luar biasa.

Ervina Dyah, Mualaf, 24 Tahun, Tinggal di Cilacap, Jawa Tengah.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co