Durenku Dibelah Sama Bapak Kost, Nikmatnya Sampai ke Puncak

13 Agustus 2021 15:20

GenPI.co - Namaku Monika. Aku baru saja pindah indekos di wilayah Bandung, Jawa Barat. 

Aku asli Jakarta, ini pengalaman pertamaku tinggal sendiri. Betul, aku sedang berkuliah di salah satu universitas negeri di sini.

Jujur, aku belum pernah membayangkan bakal merantau sendirian. Sedih rasanya harus berpisah dengan orang tua, kekasih, dan sahabat-sahabatku.

BACA JUGA:  Selingkuh dengan Gadis Penjual Kopi, Tuhan Turunkan Azab

Ini kisahku ketika baru menempati indekos sekitar dua tahun lalu. Aku mendapatkan tempat kos ini dari salah satu teman laki-lakiku di kampus saat ospek.

Lokasinya di wilayah Dipati Ukur, Bandung. Fasilitasnya pun lengkap.

BACA JUGA:  Azab Istri Egois, Sang Suami Direnggut Maut

Ada kamar mandi dalam, AC, internet gratis, dapur, ruang tamu, dan lain-lain. 

"Kamarnya bersih banget. Luas lagu,” ujarku dalam hati saat melihat kamar indekosku pertama kali.

Akhirnya, aku mantap menjadi mahasiswi semester satu. Ini adalah hari pertamaku menerima pembelajaran perkuliahan.

Selain teman-teman baru yang baik. Aku juga berkenalan dengan bapak kos dan keluarganya.

Orangnya sangat baik. Dari kesan pertama yang kutangkap, dia sangat kebapakan.

"Hmm... jadi rindu ayah," ucapku dalam hati setiap melihat bapak kos.

Tok... tok... suara pintu kamarku. Saat aku intip dari jendela, ternyata yang datang adalah bapak dan ibu kos. Aku pun buru-buru membukakan pintu.

"Iya. Ada apa, Pak?” tanyaku.

“Maaf, Non. Bapak mau pasang lampu,” ujar Pak Tursino, bapak kosku.

“Oh, baik. Silakan, Pak,” sahutku.

Sambil menunggu Pak Tursino memasang lampu kamar mandiku. Aku duduk dengan ibu kos di depan kamar.

"Bagaimana kuliah di sini? Teman-temannya baik semua, kan?," tanya ibu kosku.

"Baik semua buk. Saya senang selama di Bandung bertemu dengan orang-orang baik," sahutku.

"Alhamdulillan," balas ibu kos.

Setelah Pak Tursino selesai memasang lampu. Kami bertiga pun mengobrol banyak.

Hingga akhirnya, anaknya bernama Budiman membawakan dua buah durian besar-besar sambil menghampiri kami.

Durian itu sudah di depan mata dan siap untuk disantap. Kami membagk tugas.

"Duh. Susah banget bukanya," kata Budiman. 

"Sini, bapak saja," sahut bapak kos.

Durian itu pun akhirnya mulai dibelah-belah. Nggak nyangka, tenaga bapak kos kuat sekali.

"Wah, si bapak masih kuat saja tenaganya untuk membelah buah duren tanpa sarung tangan," kata ibu kos.

"Mari, makan," sahut bapak kos yang masih tersenyum setelah dipuji istrinya.

“Ahhhh nikmatnya,” sahutku.

Semua pun makan dengan lahap. Beruntungnya, seluruh buah  di dalam duren tidak ada yang busuk.

Rasa durian itu legit sekali. Bercampur manis dan sedikit beralkohol, durian itu habis sekajap.

Malam itu membuatku rindu berkumpul dengan keluarga. Bapak dan ibu kos, serta anaknya sudah seperti keluarga sendiri. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Annissa Nur Jannah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co