GenPI.co - Dua minggu lalu aku pergi berdua dengan pacarku, Alya, ke salah satu restoran Jepang di wilayah Jakarta Selatan.
Restoran itu sempat menjadi perbincangan banyak orang di media sosial. Hal itu lantas membuat Alya penasaran.
“Sayang, ayo kita ke sana. Sudah lama juga kan kita enggak jalan bareng,” ujarnya via telepon.
“Ya sudah, besok kita ke sana ya,” jawabku.
Alya pun langsung kegirangan mendengar jawabanku.
Keesokan harinya, kami pergi menggunakan mobilku. Aku dan Alya bermukim di daerah Depok, sehingga jarak yang kami tempuh tak terlalu jauh.
Kami sendiri baru merajut kasih sekitar satu bulan, usai pertemuan via aplikasi kencan.
Saat sampai di restoran tersebut, kami duduk di meja dekat dengan conveyor belt yang berputar untuk membawa sushi dari dapur ke pelanggan.
“Kamu mau pesan apa?” tanya Alya.
“Yang kayak biasanya aja. Sama aku mau minum teh hijau dingin saja. Di luar panas banget soalnya,” jawabku.
Selama menunggu pesanan, kami berdua berbincang-bincang perihal acara keluarga Alya yang akan diadakan esok hari.
Namun, selama kami berbincang, ada seorang laki-laki yang memperhatikan Alya.
Tatapannya sangat intens, bahkan sampai tak melepaskan pandangan selama hampir lima menit.
“Beb, itu siapa?” tanyaku ke Alya sembari memberi kode ke arah tempat duduk laki-laki misterius itu.
Alya pun melirik secara perlahan ke arah meja yang kumaksud. Usai melihat orang yang kumaksud, air muka Alya tiba-tiba berubah.
“Siapa, Al?” tanyaku dengan nada cukup tinggi dan sedikit memaksa. “Mantan pacarmu?” tanyaku lagi.
Alya hanya duduk terdiam dan tak menjawab pertanyaanku.
Aku pun memutuskan untuk menghampiri laki-laki tersebut dengan maksud agar tak membuat Alya risih.
“Enggak usah, Dimas. Biarin saja,” kata Alya sambil menahan tanganku.
Namun, aku melepasnya secara perlahan dan langsung menuju meja laki-laki itu.
“Maaf, anda siapa ya?” tanyaku kepada laki-laki tersebut.
Laki-laki itu langsung menoleh ke arahku.
“Lah, kamu siapa?” tanyanya.
Pertanyaan orang itu membuatku naik pitam dan menaikkan nada bicaraku. Aku bahkan hampir melempar barang di dekatnya saking kesalnya terhadap orang tersebut.
“Berisik banget, mas. Saya mau tagih utang Ibu Alya di pinjaman online. Gara-gara, mas, Ibu Alya jadi pergi sekarang,” katanya sambil menunjuk ke bangku Alya yang sekarang sudah kosong.
Tak disangka, Alya memiliki utang di aplikasi pinjaman online sudah lebih dari Rp 30 juta.
Sayangnya pula, usai kejadian itu Alya memutuskan hubungannya denganku dan kami hilang kontak hingga hari ini. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News