GenPI.co - Halo, namaku Aditya Fiki, pengalamanku mencintai seorang wanita membuat hatiku hancur.
Aku seperti sedang terjun payung, tetapi sayangnya parasut yang dibawa tak kunjung terbuka.
Sesakit itu memang, tetapi bagaimana lagi hidup ini harus tetap berjalan.
Setahun yang lalu, perempuan bernama Viki itu datang di hidupku.
Perempuan yang suka bela diri itu membuat hatiku terpikat.
Dia teman SMP-ku sebenarnya, tetapi saat itu kami belum terlalu dekat.
Di masa SMA ini, aku dan dia mulai membuka komunikasi. Awalnya, semua berjalan dengan seru.
Aku tahu, dia baru saja berpisah dengan kekasihnya. Kini, aku dan dia sama-sama single.
Di suatu Sabtu, aku mengajaknya ke perpustakaan daerah. Aku sengaja mengajaknya ke sana karena sering kali topik yang kami bicarakan ialah soal kuliah.
Dia menyukai dunia akuntansi. Ya, setidaknya aku bisa teman yang bermanfaat meski aku juga ingin lebih dari teman.
Pertemuan pertama begitu singkat, tetapi melekat di hati.
Dia rupanya tipe yang suka berbicara. Kami pun bercerita banyak hal. Aku pikir, aku sudah menemukan kecocokan dengan dia.
Usai pertemuan pertama itu, aku dan dia jadi makin dekat.
Hampir tiap minggu kami bertemu, berkencan, bercerita soal hari esok yang bahagia.
"Aku membayangkan ada kamu di masa depanku," imbuhku.
Dia tampak terkejut, lalu menunduk. Aku pun tak berani lagi berbicara. Padahal, niatku hanya ingin mencairkan suasana sekaligus jujur dengan sedikit gombalan.
Hari itu aneh, kami menutup pertemuan dengan lebih banyak diam.
Esoknya, sebuah pesan singkat datang darinya.
"Aku jadian lagi sama mantanku. Kayaknya aku dan kamu enggak bisa jalan lagi deh," katanya.
"Oke," balasku.
Oh, hidup mengapa baru sebentar aku mencintai, tetapi sudah disuruh mengikhlaskan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News