Kisah Mualaf: Ikhlas Ditinggal Calon Suami Demi Memeluk Islam

01 April 2022 18:30

GenPI.co - Perkenalkan namaku Annisa Stefanny Maureen Erlangga. Aku berusia 21 tahun dan sedang sibuk mengembangkan bisnis makanan bernama jendela bakery.

Aku merupakan anak perempuan yang sedari kecil sudah dititipkan kepada orang lain lantaran aku hanya memiliki orang tua tunggal.

Sejak ayahku meninggal pada 2012 lalu, ibuku harus berjuang keras untuk menghidupi ketiga anaknya.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Tak Sabar Menunggu Bedug dan Segelas Teh Manis

Perjalanan menjadi mualaf sungguh aku resapi sejak usia dini.

Sebagai anak bontot, aku tidak pernah dikekang oleh ibuku untuk melakukan apa pun, termasuk keputusan menjadi seorang mualaf di usiaku yang masih muda.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Ditinggal Suami, Aku Temukan Keajaiban dalam Islam

Aku memasuki lingkungan muslim bermula di SMP yang merupakan sekolah yayasan islam. Saat di SMK pun, ibuku memberikan dukungan penuh untuk aku sekolah di yayasan islam.

Memiliki orang tua tunggal membuatku kurang perhatian. Hal tersebut yang membuatku mencari perhatian lain dengan cara bercerita kepada lingkungan sekitar sekolahku.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Orang Tua Beda Keyakinan, Aku Dapat Hidayah Islam

Aku tidak bisa memungkiri bahwa mereka semua memberikan perhatian penuh dan baik terhadap aku.

Bahkan, aku telah menemukan satu sosok ayah yang aku yakini sebagai guru agama dan tempat aku bercerita.

Jadi, dari situ aku mulai terpikirkan untuk menjadi seorang mualaf.

Aku tidak bisa menampik keputusan itu sungguh berat ke depannya, apalagi orang tuaku masih membiayai hidupku.

Akan tetapi, tekadku tetap bulat. Aku pun memberanikan diri bilang ke ibuku dan orang sekitar untuk meminta izin menjadi mualaf pada Agustus 2021.

Sekitar tiga bulan setelahnya, aku pun memutuskan menjadi mualaf. Dua kalimat syahadat aku ucapkan pada 10 November 2021, yang aku yakini sebagai tanggal dan bulan yang bagus.

Menjadi mualaf tidak mudah kulalui. Banyak sekali ujian dan tantangan yang harus dihadapi, di antaranya ditinggal selamanya oleh calon suamiku, batal lamaran, hingga bisnis bangkrut hingga aku ditipu puluhan juta. 

Sementara itu, keputusanku menjadi mualaf tidak kusesali karena menurutku hati lebih nyaman dan saudara lebih luas rasanya.

Banyak pembelajaran yang aku dapatkan setelah menjadi muslim, salah satunya mengenal Allah yang tidak akan meninggalkanku di saat-saat tersulit yang aku jalani.

Aku merasa Allah hanya satu-satunya tempat untuk manusia bergantung. Oleh karena itu, aku tidak mau membuat rencana sempurna kecuali sudah izin dari Allah.

Untuk saat ini, ibadah salat menjadi tempat paling aku suka karena hati lebih tenang dan gampang untuk mengungkapkan segala isi hati.

Memasuki Ramadan, aku mengikuti tugas pokok untuk puasa yang diberikan oleh Kiai pondok pesantren secara virtual.

Kisah mualaf ini seperti dituturkan Annisa Stefany kepada GenPI.co.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Theresia Agatha

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co