Kisah Mualaf: Bertemu Pria Saleh, Aku Tak Ragu Peluk Islam

05 April 2022 18:30

GenPI.co - Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Mia Destiana Kerans. Saat ini saya sudah berusia 24 tahun.

Saya lahir dan besar dari orang tua beda agama. Mama saya Islam dan ayah Katolik.

Sejak lahir, saya dan kakak memeluk agama Katolik. 

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Orang Tua Beda Keyakinan, Aku Dapat Hidayah Islam

Namun, dari SD hingga SMA saya mengenyam pendidikan di sekolah negeri.

Hal itu berbeda dengan kakak saya yang dari SD sekolah di yayasan Katolik.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Ikhlas Ditinggal Calon Suami Demi Memeluk Islam

Walaupun agama saya Katolik, saya tidak pernah merasa asing dengan Islam.

Selain dari mama, saya juga belajar dari teman-teman di sekolah.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Tumbuh di Keluarga Beda Agama, Aku Paham Toleransi

Bahkan saya sering mengikuti pelajaran agama Islam di sekolah.

Padahal, biasanya murid non-Islam pasti diminta keluar kelas, tetapi saya lebih memilih di dalam kelas.

Boleh dibilang, secara tidak langsung, saya ikut mempelajari dua agama sekaligus, yakni Islam dan Katolik.

Jadi, sebenarnya saya pun tak merasa aneh dan asing dengan ajaran Islam, seperti salat, puasa, dan ibadah lainnya.

Saya juga tak merasa canggung ketika hadir dalam acara agama Islam dan dengan santainya saya juga memakai pakaian seperti gamis dan hijab.

Alhamdulillah, teman-teman saya pun tidak merasa aneh dengan kelakuan saya, bahkan mereka pernah tanya alasan saya tak memeluk Islam.

Saat itu hati saya berkecamuk, sebenarnya saya ingin masuk Islam, tetapi saya takut dengan ayah.

Saya tidak ingin keputusan saya menjadi mualaf menimbulkan kebencian dari ayah.

Hingga pada akhirnya, saya ketemu dengan seorang pria yang saya cintai.

Dia muslim dan ingin mengajak saya menikah.

Saat itulah, saya memberanikan diri meminta izin kepada ayah untuk memeluk agama Islam.

Hal yang tak terduga sebelumnya, ternyata ayah mengizinkan dan tidak marah kepada saya.

Saya sangat senang sekali. Akhirnya menjadi mualaf pada Maret 2022.

Dua kalimat syahadat saya ucapkan di mualaf center Indonesia di Cibubur, Jawa Barat.

Saya bersyukur dan merasa senang sekali bisa menjadi mualaf sebelum Ramadan.

Saya juga bahagia bisa bergabung dengan umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan.

Saat ini saya fokus belajar baca Al-Quran, membaca surat-surat pendek dan bacaan salat.

Inilah perjalanan baru saya menjadi seorang mualaf.

Kisah mualaf ini seperti dituturkan Mia Destiana kepada GenPI.co.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co