Berkat Ucapan Kuli Angkut, Aku Lebih Taat Beribadah

10 April 2022 17:00

GenPI.co - Perkenalkan namaku Ferdian Santoso. Aku berusia 23 tahun.

Aku baru saja bekerja di salah satu perusahaan logistik.

Pekerjaanku yang sekarang sungguh sangat menguras tenaga, apalagi aku harus berkeliling Jakarta untuk mengantarkan barang orang.

BACA JUGA:  Belajar Makna Syukur dari Kisah Pemulung, Sungguh Menyayat Hati!

Suatu sore pada bulan puasa, aku tak kuat untuk menahan lapar dan minum sehingga aku memutuskan batal di sebuah restoran sederhana dekat pasar beras.

Aku ingat pada saat itu memesan nasi beserta lauk, seperti udang, ikan dan ayam. Seketika aku santap habis tak tersisa.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Dapat Hidayah dari Mimpi, Aku Mantap Peluk Islam

Setelah selesai makan, aku melihat ada seorang bapak-bapak usianya kurang lebih 50 tahun-an masuk ke dalam restoran yang sama denganku.

Aku yang sedang merokok mencoba untuk menyapa bapak yang tiba-tiba duduk di sampingku itu sembari menunggu pesanan.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Pintu Rezeki Terbuka Sejak Ikuti Perintah Allah

"Pak, habis pulang kerja?" tanyaku.

"Iya, Mas. Ini saya sengaja mampir," jawabnya.

"Oh, memang kerja apa, Pak? tanyaku kembali dengan penasaran, setelah melihat dia datang memakai kaos dan membawa handuk kecil.

"Oh, ini saya kerja di Pasar Induk beras situ sebagai tukang angkut, Mas," jawabnya.

"Pasti mau makan juga, ya, di sini Pak? Memang sih cuacanya lagi agak panas" ujarku sembari sedikit tertawa.

"Oh, enggak Mas. Ini mau saya bungkus," jawabnya.

"Lho, enggak makan di sini, Pak?" Tanyaku kembali.

"Oh, enggak Pak. Saya memang sengaja bungkus untuk menu berbuka keluarga saya di rumah," ucapnya.

"Oh, saya kira mau makan di sini juga," sahutku.

"Enggak, Mas. Saya, sih, secapek apa pun mengangkut beras pasti tetap menuntaskan ibadah puasa saya," ucapnya.

"Ya, memang saya pernah mengalami yang namanya kerja begitu berat, tetapi sebisanya jangan sampai batal. Allah SWT pasti tidak akan suka," tambahnya.

"Apalagi Mas yang masih muda seperti ini tentu bisa lebih kuat dari saya untuk menahan diri agar terus berpuasa," tambahnya lagi.

Setelah pesanannya datang, dia langsung berpamitan denganku.

Seketika aku termenung, setelah mendengar pernyataan bapak-bapak yang tak aku tahu namanya tersebut.

Aku pada saat itu merasa kecewa karena telah batal puasa padahal waktu tinggal 3 jam lagi.

Setelah kejadian itu, setiap kali menjalani ibadah puasa, aku selalu mengingat pesan dari Bapak yang tak sengaja aku temui dekat pasar beras tersebut. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Ferry Budi Saputra

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co